Dengan inflasi Juli dibandingkan Juni setinggi itu, inflasi tahunan mencapai 8,61 persen. Inflasi itu jauh lebih tinggi dari prediksi Bank Indonesia, yaitu 2,7 persen untuk inflasi Juli dan 8 persen untuk inflasi tahunan. Inflasi itu juga tertinggi dibandingkan dengan saat krisis moneter 1998.
Pertumbuhan ekonomi semester I-2013 pun, seperti diumumkan Badan Pusat Statistik kemarin, menjadi hanya 5,92 persen dibandingkan dengan semester I-2012.
Pesan dari tingginya inflasi tersebut adalah bahwa pemerintah harus memiliki perencanaan lebih baik dan mampu melaksanakannya dengan konsisten.
Seperti berulang kali disinggung, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdekatan dengan bulan puasa menyebabkan kenaikan berganda harga barang. Harga kebutuhan pokok sebelumnya sudah merangkak naik karena ekspektasi terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM yang terus tertunda sejak awal tahun.
Meski begitu, inflasi tinggi Juli lalu sebetulnya dapat dikelola karena penyebabnya berhubungan dengan kenaikan harga pangan dan transportasi.
Pemerintah tidak terlihat sigap mengendalikan tarif transportasi umum saat kenaikan harga BBM. Tarif transportasi kembali naik seiring datangnya Lebaran.
Terjadinya inflasi tinggi pada bulan puasa dan Lebaran dapat diperkirakan jauh-jauh hari karena hari raya terjadi setiap tahun. Kenaikan harga BBM pun merupakan kebijakan pemerintah yang direncanakan, bahkan sudah dibahas jauh mendahului saat keputusan diambil.
Tingginya inflasi akibat kenaikan harga pangan kembali mengingatkan, pangan tetap merupakan komoditas penting. Terasa ironis tingginya inflasi disumbang harga bawang merah, daging ayam ras, ikan segar, dan cabai rawit.
Ironis karena bawang merah dan cabai rawit diproduksi dapat kurang dari empat bulan, sementara ayam ras dapat dipanen dalam 50 hari. Selisih harga bawang merah, seperti diperlihatkan data Kementerian Perdagangan, dapat lebih 50 persen dari wilayah ke wilayah. Hal ini memperlihatkan distribusi yang kurang baik.
Perencanaan produksi, penyimpanan hasil panen saat berlimpah, dan distribusi yang baik, dengan mudah mengatasi kelangkaan yang mengakibatkan kenaikan harga.
Padahal dampak kelengahan mengelola pasokan dan distribusi pangan tersebut sangat besar terhadap ekonomi. Inflasi tinggi menyebabkan kemampuan konsumsi masyarakat turun, suku bunga kredit merayap naik, dan akibatnya ekonomi melambat. Inflasi tinggi juga menyebabkan biaya surat utang pemerintah makin mahal.
Melihat dampak inflasi begitu besar, harus ada pejabat pemerintah di tingkat nasional yang bertanggung jawab. Jika semua disikapi seolah tak terjadi apa-apa, gejolak inflasi sama akan berulang dan kita akan jalan di tempat.
(Kompas, 3 Agustus 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar