Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 06 Januari 2014

Myanmar yang Semakin Demokratis (Kompas)

Presiden Myanmar Thein Sein menyatakan akan mendukung amandemen konstitusi negeri yang baru saja mulai menata kehidupan demokrasinya.
Dalam pidatonya yang dimuat dalam surat kabar pemerintah berbahasa Inggris, New Light of Myanmar, Kamis (2/1), Thein Sein menyebutkan, amandemen konstitusi sudah seharusnya dilakukan secara terus-menerus dari waktu ke waktu.

"Konstitusi yang sehat mengharuskan adanya amandemen dari waktu ke waktu, yang dilakukan demi kepentingan nasional, ekonomi, dan sosial dari rakyat Myanmar," ujarnya.

Dukungan yang diberikan Thein Sein terhadap amandemen konstitusi Myanmar tersebut perlu disambut dengan gembira. Mengingat dengan dukungan yang diberikan Thein Sein itu, terbuka kemungkinan bagi tokoh reformasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk mencalonkan diri menjadi presiden.

Sebelumnya, Suu Kyi tidak mungkin mencalonkan diri menjadi presiden. Dalam salah satu klausul pada konstitusi yang diberlakukan tahun 2008 ditetapkan, warga negara Myanmar tidak dapat mencalonkan diri sebagai presiden jika yang bersangkutan menikah dengan warga negara asing atau memiliki anak berkewarganegaraan asing.

Klausul itu dipercaya sengaja dibuat untuk mengganjal Suu Kyi dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai presiden. Suu Kyi menikah dengan ilmuwan Inggris, Michael Aris, tahun 1970. Pasangan tersebut memiliki dua putra, Alexander dan Kim, yang berkewarganegaraan Inggris. Kini, klausul tersebut diamandemen sehingga Suu Kyi dapat mencalonkan diri menjadi presiden.

Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa Thein Sein bersedia mendukung dilakukannya amandemen konstitusi itu? Kita tidak perlu berspekulasi karena Thein Sein langsung menjawabnya. "Saya tak menginginkan adanya pembatasan diterapkan terhadap hak warga negara untuk menjadi pemimpin di negeri ini," kata Thein Sein.

Namun, Thein Sein, yang dulu dikenal sebagai tokoh moderat di junta militer, mengingatkan rakyat untuk tidak berlebihan dalam memperjuangkan demokrasi. Misalnya, dengan menuntut militer segera menyingkir dari politik.

Myanmar masih berisiko menghadapi kebuntuan politik jika tuntutan rakyat jauh lebih besar daripada kemampuan sistem politik untuk mengakomodasinya. "Jika hal itu sampai terjadi, kita akan kehilangan semua kebebasan politik yang kita capai hingga kini," katanya.

Apa yang dicapai Myanmar hingga kini kita sambut baik, dan sekaligus kita juga berharap, rakyat Myanmar mensyukuri kemajuan yang dicapai sejauh ini. Dan, hati-hati dalam melangkah ke depan, seperti yang diingatkan Thein Sein. Salah dalam melangkah bisa mengembalikan Myanmar ke junta militer.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003943529
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger