Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 06 Januari 2014

TAJUK RENCANA Kamboja yang Berubah (Kompas)

SEDIKITNYA tiga pengunjuk rasa tewas tertembak dalam bentrokan antara aparat keamanan dan para pengunjuk rasa yang menuntut kenaikan upah.
Jumat (3/1), pengunjuk rasa yang memblokade Taman Industri Canadia, Distrik Por Sen Chey, Phnom Penh, dibubarkan aparat keamanan Kamboja yang menerjunkan satu pasukan khusus Airborne 911. Penerjunan satu pasukan khusus itu dimaksudkan untuk menghadapi pengunjuk rasa yang mempersenjatai diri bukan hanya dengan pipa besi, pisau, katapel, dan kayu pemukul, melainkan juga dengan pistol dan senapan laras panjang AK-47.

"Sejauh ini 3 orang diketahui tewas, 2 orang luka, dan 2 pria ditangkap aparat keamanan," ujar kepala kepolisian setempat, Choun Narin, beberapa saat setelah bentrokan terjadi.

Terjadinya bentrokan berdarah antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan itu mengherankan. Selama ini, situasi Kamboja di bawah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Hun Sen yang berkuasa sejak 1979 aman-aman saja. Posisi Hun Sen sebagai pemimpin Kamboja sangat kuat. Ketika kalah dalam Pemilihan Umum 1993 yang diselenggarakan PBB (UNTAC), ia memaksa agar Kamboja dipimpin oleh dua PM. Dan, melalui kudeta 1997, Hun Sen menjadikan dirinya sebagai PM pada 1998.

Namun, Kamboja berubah. Akhir-akhir ini, perlawanan terhadap Hun Sen yang telah memerintah selama 34 tahun mulai muncul. Perlawanan muncul dari tokoh oposisi Sam Rainsy yang didukung Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP). Sam Rainsy menuntut pemerintah mundur. Perlawanan yang dilakukan Sam Rainsy itu mendorong para pekerja Kamboja juga turun ke jalan dan menuntut kenaikan upah.

Penyerbuan oleh pasukan khusus tersebut disayangkan oleh Sam Rainsy. Oleh karena sesungguhnya CNRP akan bertemu kembali dengan Partai Rakyat Kamboja (CPP), partai yang berkuasa, untuk mencari solusi menyusul gelombang unjuk rasa yang terjadi akhir-akhir ini.

Terlepas dari benar atau salahnya penyerbuan yang dilakukan pasukan khusus itu terhadap para pengunjuk rasa, penting bagi Hun Sen untuk mengevaluasi kembali bagaimana ia menjalankan kekuasaannya selama 34 tahun ini. Masih dekatkah ia dengan rakyat atau terlalu lama duduk sebagai PM Kamboja membuatnya semakin jauh dari rakyat? Dan, dengan semakin jauh dengan rakyat membuat ia tidak lagi memahami apa kebutuhan rakyat.

Karisma akan lekang dimakan waktu, terutama ketika pemimpin tak lagi dekat dengan rakyat yang dipimpinnya. Penggunaan kekerasan tak akan menyelesaikan masalah. Ada banyak sekali contoh di dunia bahwa seorang pemimpin tidak dapat berkuasa hanya dengan memelihara rasa takut rakyatnya.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003970702
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger