Pergolakan politik di Venezuela bertambah dramatis ketika tokoh oposisi Leopoldo Lopez, yang sempat dikejar-kejar, akhirnya menyerahkan diri.
Belum segera diketahui apakah penahanan Lopez hari Selasa, 18 Februari, akan meredam pergolakan politik atau justru memicu ketegangan yang lebih besar dan luas. Penahanan Lopez sendiri merupakan puncak pengejaran sekitar satu pekan setelah tokoh yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika Serikat itu memimpin demonstrasi tanggal 12 Februari lalu.
Proses penyerahan diri Lopez kepada polisi antihuru- hara berlangsung dramatis karena dilakukan setelah dia berteriak-teriak melalui pengeras suara tentang arti gerakannya untuk mengakhiri 15 tahun pemerintahan kiri neososialis. Aksi protes pimpinan Lopez pada 12 Februari, yang melibatkan kekuatan oposisi dan mahasiswa, digambarkan berlangsung keras. Belasan demonstran terpaksa ditahan, sementara Lopez (42) berhasil meloloskan diri sebelum menyerahkan diri hari Selasa lalu.
Sorotan atas bentrokan keras pekan lalu itu bertambah besar karena Pemerintah Maduro mengusir tiga diplomat AS atas tuduhan mendukung gerakan oposisi yang berhaluan kapitalis-liberal. Tuduhan itu tampaknya tidak terlepas dari pertarungan paham kapitalis-liberal dengan sosialisme, khususnya neososialisme.
Dalam pertarungan itu, Venezuela yang mempraktikkan sistem neososialisme sejak 15 tahun lalu mengambil posisi berseberangan dengan AS, yang mempromosikan sistem ekonomi kapitalis-liberal. Gerakan neososialisme pimpinan Hugo Chavez berkembang luas di Amerika Selatan sekitar satu dasawarsa terakhir.
Hampir tak terhindarkan, negara-negara neososialis di Amerika Latin dan Karibia mencurigai AS sebagai kampiun kapitalis-liberal mendukung gerakan oposisi di kawasan itu. Terlepas dari kecurigaan itu, gerakan menentang sistem neososialisme di Venezuela cenderung meningkat di bawah pemerintahan Maduro yang berusia 10 bulan.
Sebagai pengganti Chavez yang karismatis dan sangat vokal, Maduro menghadapi tantangan yang tidak kecil. Pemerintahannya tak henti-hentinya digoyang. Tantangan yang dihadapi lebih berat lagi karena pemerintahannya dianggap gagal mengendalikan harga dan kejahatan. Harga-harga melambung tinggi, inflasi mencapai 56 persen, angka kriminalitas meningkat tajam, terjadi kelangkaan kebutuhan pokok, dan aliran listrik sering terganggu.
Tumpang tindih persoalan ideologi dengan krisis ekonomi dan kerawanan keamanan membuat pemerintahan Maduro berada dalam posisi sulit. Kesulitan yang dihadapi pemerintahan Maduro bertambah kompleks karena masalah pertarungan ideologi tumpang tindih dengan persoalan keamanan dan ekonomi di negara yang kaya minyak itu.
Sumber: Kompas cetak, edisi 20 Februari 2014
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar