Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 03 Maret 2014

TAJUK RENCANA Dipilih untuk Melayani (Kompas)

WALI Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan dirinya tidak akan mundur sebagai Wali Kota Surabaya meski tekanan terus saja datang.
"Saya akan bekerja sampai masa jabatan saya berakhir," kata Risma, demikian Tri Rismaharini dipanggil, sebagaimana dikutip harian ini Jumat. Penegasan senada disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Sabtu, yang menekankan Risma akan memimpin Surabaya sampai masa jabatannya berakhir.

Risma terpilih sebagai Wali Kota Surabaya bersama Bambang DH. Keduanya mendapat 358.187 suara (38,53 persen) dan dilantik sebagai Wali Kota Surabaya pada 21 September 2010. Artinya, masa jabatan Risma akan berakhir pada 21 September 2015. Pasangan ini pecah saat Bambang DH maju sebagai calon Gubernur Jawa Timur

Kursi wakil wali kota dibiarkan kosong sampai kemudian dipilih Whisnu Sakti Buana. Penetapan Whisnu dipersoalkan karena tidak sesuai prosedur. Isu itu bergerak liar tak terkendali sampai melibatkan pimpinan DPR yang menggelar pertemuan di Jakarta dengan menghadirkan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Gubernur Jatim Soekarwo, dan Risma sendiri yang tidak hadir.

Penetapan Whisnu sebagai Wakil Wali Kota yang memang jatah PDI-P, dan berbagai tekanan yang diterima, telah membuat Risma, sosok birokrat pekerja yang disukai rakyat itu, tidak tahan. Akibatnya, muncullah isu Risma mundur. Kita berharap penegasan Risma bertahan sampai masa jabatannya berakhir, serta penegasan Megawati, mengakhiri kontroversi. Risma bisa berkonsentrasi melayani warga Surabaya. Bagaimana Whisnu memerankan Wakil Wali Kota sepenuhnya terserah Risma karena status Wakil Wali Kota adalah pembantu wali kota.

Risma dipilih warga untuk melayani masyarakat Surabaya dan dukungan itu nyata ditunjukkan masyarakat Surabaya secara riil di lapangan maupun melalui media sosial. Hasil kerja Risma, seorang pemimpin pekerja, nyata dirasakan masyarakat Surabaya sehingga ketika muncul isu Risma mundur, dukungan masyarakat tampil membela.

Gaya kepemimpinan Risma yang bekerja untuk rakyat boleh jadi tak disukai politisi yang memang hidup dari politik. Tekanan dilakukan justru untuk menyingkirkan wali kota terbaik yang dimiliki Indonesia. Risma boleh jadi mengikuti pandangan politik bahwa ketika loyalitas kepada bangsa dimulai, loyalitas kepada partai politik berakhir.

Risma memang diajukan PDI-P, tetapi bukan berarti dia adalah wali kota warga PDI-P. Risma adalah wali kota warga Surabaya. Sebagai partai pengusung, PDI-P harus menyadari bahwa Risma adalah sosok pemimpin yang disukai rakyat. Gaya komunikasi pengurus PDI-P juga harus cermat mempertimbangkan rasa perasaan warga Surabaya. Biarlah ketidakpuasan soal penetapan Wakil Wali Kota Surabaya diselesaikan melalui jalur hukum jika memang dinilai tak sesuai prosedur, dan biarlah Risma berkonsentrasi menjalankan tugasnya sebagai Wali Kota Surabaya.

Sumber: Kompas cetak edisi 3 Maret 2014
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger