Posisi Vatikan memang mengacu pada gagasan pembentukan dua negara terpisah antara Israel dan Palestina, yang harus hidup berdampingan secara damai. Vatikan juga mendukung ide internasionalisasi kota suci Jerusalem. Dengan mendorong pembentukan dua negara terpisah, Vatikan sekaligus mengakui, bangsa Palestina dan Israel sama-sama mempunyai hak membentuk negara merdeka di tanah airnya sendiri.
Israel sudah mendirikan negara merdeka sejak 1948. Sebaliknya, upaya Palestina mendirikan negara sendiri terus-menerus dihalangi Israel, antara lain, dengan tetap menduduki wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza sejak perang 1967. Selama wilayah pendudukan tidak dikembalikan, konflik Israel-Palestina dipastikan tidak akan pernah selesai.
Persoalannya bertambah rumit karena campur tangan asing. Sejumlah negara Timteng, misalnya, tidak mendukung dan mengakui eksistensi Israel sebagai negara merdeka. Sebaliknya, sejumlah negara Barat mendukung Israel untuk mencegah pembentukan negara Palestina merdeka. Posisi Vatikan merupakan jalan tengah yang memberikan peluang sama kepada kedua bangsa untuk mendirikan negara sendiri-sendiri, berkoeksistensi damai dan saling menghargai sebagai sesama keturunan Abraham.
Paus Fransiskus, seperti juga pemimpin Gereja Katolik sebelumnya, tampak hati-hati dalam membangun komunikasi dengan pemimpin Palestina dan Israel karena persoalan yang dihadapi mengandung sensitivitas tinggi. Konflik Palestina-Israel sudah berlangsung berabad-abad, terutama selama satu abad terakhir. Inti persoalannya terletak pada perebutan sebidang tanah yang mengandung nilai kultural, historis, dan religius.
Masih belum dapat diukur dampak atas posisi Vatikan yang menekankan pembentukan dua negara terpisah. Namun, lawatan Paus ke Timteng baru-baru ini menambah dorongan terhadap proses perdamaian sebagai pilihan terbaik dalam menyelesaikan konflik. Sungguh mengesankan ketika Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Israel Shimon Peres menerima ajakan Paus untuk bersama-sama berdoa di Vatikan bagi perdamaian. Jika tidak ada halangan, doa perdamaian dilaksanakan 6 Juni mendatang di Vatikan.
Kehadiran Paus, akhir pekan lalu di Timteng, juga membuat konflik Israel-Palestina kembali mendapat perhatian besar dunia internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya sejak 2011, konflik Palestina-Israel terkesan terdesak ke belakang oleh pergolakan yang melanda beberapa negara Timteng, seperti Libya, Mesir, dan Suriah.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006882092
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar