Warga mendorong bahan makanan hasil jarahan dengan troli saat kerusuhan berlanjut di Provinsi KwaZulu Natal, Afrika Selatan, Kamis (15/7/2021).
Penjarahan supermarket berlangsung di beberapa wilayah di Afrika Selatan. Korban jiwa berjatuhan. Ancaman kesulitan ekonomi yang lebih berat muncul.
Penjarahan supermarket terjadi setelah mantan Presiden Jacob Zuma dipenjara. Kekacauan yang diawali protes masyarakat terhadap apa yang terjadi atas Zuma itu berlangsung berhari-hari. Menurut The New York Times, sedikitnya 117 orang meninggal dan kerugian material mencapai jutaan dollar AS. Kerusuhan itu disebut sebagai yang terburuk setelah politik apartheid berakhir pada 1994.
Kompas edisi 16 Juli 2021 menulis laporan dari Pemerintah Afrika Selatan, bahwa telah terjadi 208 penjarahan dan vandalisme. Sekitar 800 toko dijarah. CNN menyebutkan, lebih dari 1.200 orang ditangkap. Patroli petugas keamanan pun ditingkatkan guna mencegah kerusuhan yang dipicu oleh kelompok-kelompok anak muda miskin.
Penjarahan tak pelak memukul rantai distribusi makanan serta memutus jaringan transportasi, terutama di Provinsi KwaZulu-Natal, yang merupakan tempat Zuma berasal. Gangguan pada jalur distribusi dan kerusakan toko membuat warga kesulitan mendapat bahan pokok. Masyarakat pun kian menderita di tengah ekonomi yang terpukul pandemi Covid-19.
Polisi mencari penjarah di dalam sebuah pusat perbelanjaan di Vosloorus, Johannesburg, Afrika Selatan, Senin (12/7/2021).
Kekacauan dipicu pemenjaraan Zuma, pekan lalu. Ia diperintahkan oleh pengadilan untuk dipenjara selama 15 bulan karena dinilai menghina pengadilan. Selama beberapa waktu terakhir, Presiden Afrika Selatan periode 2009-2018 itu memang menolak untuk bersaksi dalam penyelidikan korupsi. Setelah lengser dari kekuasaan, Zuma menghadapi sejumlah kasus, termasuk dugaan korupsi.
Apa yang dialami oleh Zuma dinilai hanya menjadi pemicu, bukan penyebab utama, penjarahan dan kekacauan di Afrika Selatan. Kondisi sosial di Afrika Selatan saat ini cukup menggelisahkan. Angka pengangguran mencapai 34 persen, yang sebagian di antaranya akibat pandemi Covid-19. Situasi ekonomi diperkirakan akan kian berat mengingat tak sedikit manajer dan karyawan yang kehilangan penghasilan karena toko mereka hancur.
Gelombang penjarahan tak bisa dilepaskan dari ketidakpuasan warga, terutama kaum muda. Meski penjarahan sama sekali tidak bisa dibenarkan, hal tersebut tetap menunjukkan ada persoalan serius yang perlu diatasi oleh otoritas. Angka pengangguran yang tinggi tak ubahnya api dalam sekam yang setiap saat siap menyala.
Warga mendorong keranjang belanja berisi barang-barang yang dijarah di kompleks perbelanjaan Naledi, di Vosloorus, sebelah timur Johannesburg, Afrika Selatan, Senin (12/7/2021).
Kelompok usia muda mendominasi populasi Afrika Selatan yang mencapai 57 juta. Hampir 30 persen berusia 0-14 tahun, sedangkan warga berusia 15-24 tahun dan 25-54 tahun masing-masing sebanyak 16,8 persen dan 42,37 persen.
Menjawab kegelisahan kaum muda merupakan tugas utama pemerintah di negara dengan struktur demografi seperti Afrika Selatan. Kita pun berharap apa yang terjadi di Afrika Selatan segera teratasi dan kehidupan ekonomi negara itu dapat membaik meski di tengah tekanan akibat pandemi.
Sumber: Kompas, 17 Juli 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar