Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 05 Juni 2014

TAJUK RENCANA: Cara Bashar Pertahankan Kekuasaan (Kompas)

PEMILIHAN presiden di Suriah, Selasa lalu, tidak lebih dan tidak kurang hanyalah sebuah cara Bashar al-Assad mempertahankan kekuasaannya.
Barangkali kesimpulan tersebut terlalu berlebihan. Akan tetapi, masuk akalkah bahwa pemilu dilaksanakan tatkala negeri masih dilanda perang saudara, tatkala sepertiga rakyatnya—jumlah penduduk Suriah sebelum perang pecah tiga tahun lalu sekitar 22,5 juta jiwa—hidup di pengasingan baik di dalam maupun di luar negeri. Pemilu dilaksanakan saat negeri terpecah belah: ada kubu pro pemerintah dan ada banyak kubu anti pemerintah.

Apakah pemilu dapat dikatakan—menurut terminologi kita di Indonesia—jurdil atau jujur dan adil kalau tidak seluruh rakyatnya yang memiliki hak memilih tidak dapat ikut memberikan suara karena kondisi negara tidak aman. Alhasil, yang bisa menggunakan hak suaranya hanyalah orang-orang yang hidup di wilayah-wilayah yang dikuasai pasukan pemerintah. Sebaliknya, mereka yang hidup dan tinggal di wilayah-wilayah yang dikuasai kelompok oposisi perlawanan tidak bisa menggunakan hak pilihnya.

Yang akan menang pun sudah bisa dipastikan, bahkan sebelum pemilu digelar, yakni Bashar al-Assad. Ia maju nyaris tanpa lawan. Dua kandidat lain adalah sosok yang tidak dikenal dan lebih sebagai calon pendamping. Mereka adalah Hassan al-Nouri, usahawan kaya dari Damaskus yang juga mantan menteri, dan Maher Hajjar, anggota parlemen.

Pemilu presiden kali ini—ketiga sejak Bashar berkuasa, yakni tahun 2000, 2007, dan 2014—bisa dibaca dalam banyak tafsir. Pertama, inilah cara Bashar mempertahankan kekuasaannya karena ia menyelenggarakan pemilu saat negara dilanda perang, yang secara teknis, terutama dari segi keamanan, tidak terjamin kecuali di daerah yang dikuasai pasukan pendukungnya.

Kedua, pemilu ini juga digunakan untuk membangun citra oleh Bashar bahwa dia bukan seorang diktator seperti digambarkan, terutama oleh media Barat selama ini, melainkan seorang tokoh demokrat. Dengan pemilu ini, Bashar ingin menunjukkan bahwa ia seorang pemimpin pilihan rakyat meski jumlah pemilih pasti jauh lebih rendah dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.

Ketiga, pemilu ini digunakan Bashar untuk menunjukkan bahwa ia tetap berkuasa meski selama tiga tahun terakhir terus digoyang untuk dijatuhkan. Ia ingin menunjukkan kepada Barat dan negara-negara Timur Tengah pendukung oposisi bahwa ia tetaplah penguasa Suriah.

Inilah pesan yang ingin disampaikan oleh Bashar: Dia tetap berkuasa! Namun, dengan demikian, apakah yang dapat diperoleh rakyat Suriah dengan pemilu presiden kali ini? Akankah ada perubahan situasi dan kondisi? Tidak ada keuntungan apa pun bagi rakyat Suriah kecuali bahwa mereka tetap ada di bawah kekuasaan Bashar al-Assad.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007019415
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger