Sejak kudeta militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, presiden sipil pertama dalam sejarah Mesir dan presiden pertama setelah revolusi yang dipilih secara demokratis, sudah bisa dibaca bahwa Sisi sedang merintis jalan untuk menduduki posisi paling tinggi di negeri. Nama Sisi, setelah kudeta yang menelan korban nyawa begitu banyak, segera melambung dan menjadi bahan pembicaraan berbagai kalangan.
Mengapa Sisi mendapat dukungan rakyat ketika itu dan dalam pemilu pada 26-28 Mei lalu juga memperoleh kepercayaan rakyat Mesir? Jawaban sederhana yang bisa disampaikan adalah rakyat Mesir membutuhkan seorang pemimpin yang kuat dan tegas untuk mengatasi semakin memburuknya kondisi keamanan.
Munculnya Mursi, ketika itu, tidak mampu memberikan kenyamanan, keamanan, dan menjadi sarana terciptanya persatuan bangsa. Yang terjadi justru sebaliknya. Jatuhnya Mursi menimbulkan persoalan terkait dengan masalah keamanan. Perlawanan para pendukung Mursi terjadi di mana-mana. Bahkan, setelah pemerintah menyatakan bahwa Persaudaraan Muslim sebagai organisasi terlarang, situasi keamanan di Mesir tidak membaik. Akibatnya, kondisi perekonomian negeri yang menggantungkan, antara lain, pada sektor pariwisata ini makin buruk.
Putusan pengadilan terhadap para pendukung Mursi—terutama hukuman mati—menimbulkan persoalan baru. Mesir yang suatu masa pernah menjadi acuan kemajuan Timur Tengah dan kekuatan dominan di kawasan itu pun pelan-pekan redup. Hubungannya dengan AS, yang semula merupakan sekutunya, menjadi kurang baik.
Kini tampilnya Sisi sebagai pemimpin baru Mesir diharapkan mampu memulihkan situasi dan kondisi Mesir seperti masa lalu, tetapi tanpa disertai dengan pemerintahan otoriter, kolusi, korupsi, dan nepotisme. Persoalan yang dihadapi Sisi tidak ringan, terutama terkait dengan bagaimana menyatukan negerinya yang "terpecah belah" sejak referendum lalu hingga kudeta militer terhadap Mursi. Melaksanakan rekonsiliasi nasional menjadi tugas pertama dan utama yang harus dilakukan Sisi.
Hal itu tidak mudah. Mampukah Sisi merangkul semua komponen masyarakat yang sudah telanjur saling curiga dan mencurigai? Mampukah Sisi mengembalikan Mesir sebagai negara yang menghormati kemajemukan dan pluralitas agama seperti masa-masa sebelumnya? Beranikah Sisi membawa Mesir menuju negara demokrasi yang pada akhirnya akan menjadi mercusuar bagi negara-negara Timur Tengah? Pada akhirnya, dunia akan menjadi saksi lahirnya Mesir baru yang demokratis dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007111449
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar