Lembaga yang berkedudukan di Den Haag, Belanda, itu memberikan waktu enam bulan kepada Tiongkok untuk menyerahkan bukti-bukti tandingan guna menanggapi gugatan Filipina terkait sengketa wilayah di Laut Tiongkok Selatan. Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hong Lei, di Beijing, mengatakan, "Sikap Tiongkok untuk tak menerima dan tak berpartisipasi dalam kasus arbitrase Filipina itu tidak berubah."
Tiongkok tak mau menerima dan berpartisipasi karena menganggap Filipina mengajukan sengketa wilayah itu ke Mahkamah Arbitrase secara sepihak. Tiongkok mendorong sengketa wilayah dengan Filipina itu diselesaikan secara bilateral, tetapi Manila menolak karena Tiongkok mengajukan klaim wilayah dengan menggunakan pendekatan sejarah. Sesuatu pendekatan yang tidak lazim dalam menyelesaikan sengketa wilayah. Di Laut Tiongkok Selatan, Tiongkok tidak hanya memiliki sengketa wilayah dengan Filipina, tetapi juga dengan Brunei, Malaysia, dan Vietnam.
Manila mendesak Beijing untuk mematuhi keputusan Mahkamah Arbitrase. Sebab, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina, Charles Jose, arbitrase adalah mekanisme penyelesaian yang damai, terbuka, dan bersahabat yang menawarkan solusi jangka panjang bagi sengketa wilayah di Laut Tiongkok Selatan.
Namun, jika Tiongkok tetap menolak, siapa yang dapat melawannya. Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa pun tidak mampu. Seperti juga Rusia, Tiongkok, Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris adalah negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto. Kelima negara itu dapat memveto, atau mementahkan, keputusan DK PBB.
Kita melihat apa yang akhir-akhir ini dilakukan Rusia di Ukraina, terutama di Crimea, atau ulah AS saat akan menyerbu Irak untuk menjatuhkan Presiden Saddam Hussein dulu. Nyaris tidak ada negara yang dapat menghalanginya. Itu sebabnya, sempat muncul keinginan untuk mereformasi DK PBB.
Ada harapan Tiongkok berbeda dari Rusia dan AS, mengingat dalam banyak kasus Tiongkok selalu mengambil sikap yang bertentangan dengan Rusia atau AS. Namun, kita juga menyadari bahwa Tiongkok berada dalam posisi yang sulit. Jika Beijing mematuhi keputusan Mahkamah Arbitrase, dan akhirnya kalah, secara teoretis Tiongkok akan kehilangan seluruh wilayah yang diklaimnya di Laut Tiongkok Selatan. Sebab, semua negara yang memiliki sengketa wilayah dengan Tiongkok akan meniru jejak Filipina.
Tiongkok tentu tidak mau itu terjadi. Namun, kita berharap Tiongkok tetap mengupayakan penyelesaian sengketa wilayah secara damai.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007043349
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar