Ayunan ke depan diimbangi oleh gaya pemulih ke belakang, dan jika kemudian ayunan itu berbalik ke belakang, ada gaya pemulih yang melawannya, dan akan mengayunnya kembali ke arah depan.
Gerak ayunan itu disebut berada dalam keseimbangan yang mantap (stabil). Sistem yang seimbang-mantap memang akan terguncang kalau ditimpa kekuatan luar, terutama kekuatan luar yang besar dan datang tiba-tiba. Namun, sistem itu akan kembali ke keadaan geraknya semula. Guncangannya cepat reda, tidak merusak sistem itu secara fatal.
Keadaannya berbeda sekali dengan keseimbangan sebutir telur di ujung tanduk. Kalau ada gangguan sedikit sekalipun, misalnya karena seekor lalat hinggap di moncong sapi itu, maka sapi tersebut akan menggelengkan kepala, dan telur itu terlem- par hingga jatuh dan pecah. Itulah keseimbangan goyah (labil).
Ada lagi keseimbangan lain, yakni keseimbangan tak-acuh, tetapi ini tak penad, tak relevan, dengan maksud tulisan ini.
Mengapa keseimbangan telur di ujung tanduk itu goyah? Karena titik berat telur itu berada di atas titik tumpunya. Titik beratnya ada di dalam kuning telur, sedikit di bawah titik tengah atau pusat kuning telur itu. Sementara titik tumpunya, ya, di pantat telur itu yang bersentuhan dengan ujung tanduk.
Pada ayunan, titik tumpunya terletak di ujung tali yang dikaitkan pada palang gantungan, sedangkan titik beratnya di tubuh anak yang duduk di ujung bawah ayunan itu. Jadi, titik beratnya berada di bagian bawah dari sistem tersebut.
Antisipasi dan Cak Nur
Herman Dooyewerd ialah filsuf abad ke-20 yang dijuluki "Immanuel Kant-nya Belanda". Ia memilah-milah bidang penelitian ilmiah ke dalam segi-segi ragam yang berbeda yang diurutkan berdasarkan tingkat kerumitan bidang penelitian itu.
Keseimbangan mantap, goyah, dan tak-acuh termasuk dalam segi ragam fisis, yakni telaah tentang sistem benda-benda mati yang merupakan bagian dari dunia nirnyawa, ditinjau dari dinamika proses perubahan beserta penyebab terjadinya dinamika itu. Beberapa tingkat di atas segi ragam ini, ada segi ragam sosbud yang bersangkutan dengan sistem sosial-budaya masyarakat manusia yang sangat kompleks.
Berdasarkan keseimbangan dalam segi ragam fisis, kita dapat menarik analoginya secara antisipatif ke segi ragam sosbud. Sistem sosial-politik akan seimbang kalau ada kekuatan pengimbang, dan keseimbangan itu akan mantap kalau titik berat perhatian pemerintah ada di lapisan bawah yang merupakan mayoritas warga masyarakat.
Kalau pemerintah memumpunkan perhatiannya pada minoritas elite lapisan atas, memanjakan mereka dengan tax holiday dan berbagai fasilitas serta insentif, keseimbangan yang terjadi ialah keseimbangan semu yang goyah. Jika ada sedikit saja gangguan, misalnya protes rakyat yang tak puas karena tertindas, rezim pemerintah bisa tumbang. Celakanya, tumbangnya bisa melalui revolusi sosial yang berdarah. Lihat saja apa yang sekarang sedang terjadi di Suriah.
Pecahnya pemberontakan melawan pemerintah yang berkuasa karena "raja lalim raja disanggah" itu dulu terjadi di Kuba ketika diktator Xavier Batista digulingkan rakyat yang dipimpin Fidel Castro. Presiden Ferdinand Marcos digulingkan rakyat Filipina melalui demonstrasi Kekuasaan Rakyat Cory Aquino. Presiden Mesir Hosni Mubarak digulingkan oleh demonstrasi rakyat besar-besaran yang berdarah-darah di Lapangan Tahrir.
Kekuatan pengimbang
Peristiwa semacam itu juga dapat disimpulkan dengan menarik analogi antisipatif dari segi ragam fisis ke segi ragam sospolbud. Balon yang ditekan terus akhirnya meletus. Demikian pula masyarakat yang ditindas terus oleh penguasa akhirnya tidak tahan lagi, lalu pecahlah perlawanannya.
Koalisi Merah Putih bisa berperan secara positif sebagai kekuatan pengimbang kalau benar-benar berjiwa nasionalistik-patriotik. Di parlemen, koalisi ini hendaknya menyumbangkan saran dan memberi peringatan, dan tidak cuma mengganggu serta merecoki pemerintah pilihan rakyat. Barangkali itulah yang dinamakan oposisi loyal. Almarhum Cak Nur (Nurcholis Madjid) sangat mendambakan pemerintah yang seimbang-mantap dengan peran positif kekuatan pengimbang.
Titik berat perhatian pemerintah Jokowi-JK sudah dipastikan akan di bawah dengan memberikan subsidi pupuk bagi petani gurem, solar bagi nelayan miskin, dan membangun infrastruktur irigasi, seperti bendungan dan sebagainya.
L Wilardjo, Fisikawan
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008781366
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar