Sebagai tragedi kemanusiaan, bencana banjir dan tanah longsor pekan lalu di Pakistan dan India menewaskan paling tidak 230 orang serta mencederai lebih banyak orang lagi. Pakistan sudah kehilangan sedikitnya 106 warganya, sementara tetangganya, India, sebanyak 128 orang. Jumlah korban tewas diperkirakan terus bertambah karena bencana belum benar-benar berlalu.
Kerugian harta benda dalam bencana alam, yang menimpa dua negara yang sedang bertikai dalam kasus Kashmir itu, tidak sedikit pula. Ribuan rumah penduduk tersapu banjir atau tertimbun tanah longsor. Terjangan banjir dan tanah longsor begitu hebat, yang digambarkan paling parah dalam dua dasawarsa terakhir.
Ancaman bahaya banjir tampaknya belum berlalu karena curahan hujan masih tinggi. Operasi pencarian dan penyelamatan dengan helikopter terus dilakukan untuk membantu warga masyarakat yang masih terdampar. Bahaya banjir dan tanah longsor yang dihadapi Pakistan dan India, seperti dialami banyak negara di dunia, sebenarnya menggambarkan persoalan lebih serius tentang lingkungan hidup yang terancam.
Curahan hujan yang tinggi, yang sering di luar takaran biasa, antara lain karena dampak perubahan iklim yang menjadi kerisauan global dalam beberapa tahun terakhir. Dampak curahan hujan tinggi akan lebih buruk lagi jika daerah tangkapan air rusak atau dirusak oleh proses pembangunan yang tidak memedulikan daya dukung alam. Banyak hutan dibabat untuk menjamin kepentingan sekelompok orang yang mengutamakan kepentingan diri.
Taruhannya tidaklah kecil. Ongkos yang dikeluarkan sesungguhnya jauh lebih besar ketimbang nilai kerusakan atas alam seperti hutan. Tidak tanggung-tanggung, banjir sebagai dampak kerusakan lingkungan meminta korban manusia dan kerugian harta yang tidak sedikit. Kerugian besar yang dialami semakin memberikan beban berat, terutama bagi negara-negara sedang berkembang seperti Pakistan dan India.
Meski demikian, angka korban manusia sebenarnya selalu dapat diminimalisasi dalam menghadapi ancaman bahaya banjir karena dapat diantisipasi, lebih-lebih di era kemajuan teknologi komunikasi sekarang ini. Tidak seperti gempa atau tsunami yang datang tiba-tiba dan di luar dugaan, ancaman banjir termasuk yang dapat diantisipasi dengan menggunakan peringatan dini melalui siaran radio, televisi, media cetak, dan perangkat komunikasi lainnya.
Namun, tanggung jawab memberikan peringatan dini, yang berada dalam ruang tugas pemerintah, sering kali tidak dijalankan semestinya. Sebaliknya juga jangan-jangan warga masyarakatnya sendiri tidak peduli.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008762040
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar