Dalam tulisan berjudul "Sukses Ketuai ASEAN meski Banyak Masalah" dikisahkan, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, yang menerima jabatan Ketua ASEAN dari Presiden Myanmar Thein Sein, November lalu, memuji Myanmar.
Menurut Najib, Deklarasi Naypyidaw menjadi salah satu bentuk produk sukses kepemimpinan Myanmar yang intinya mengandung penetapan sejumlah elemen utama visi ASEAN setelah 2015. Salah satunya, komitmen untuk tetap mempromosikan Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, stabil, makmur, dan saling terhubung.
Walaupun menghadapi berbagai masalah di dalam negeri, Myanmar dinilai sukses mengetuai ASEAN tahun 2014. Seharusnya, Myanmar yang bergabung dengan ASEAN, 23 Juli 1997, mendapatkan giliran menjadi Ketua ASEAN tahun 2006, tetapi tak dapat dilakukan karena tentangan kuat dari Amerika Serikat dan Uni Eropa yang memiliki status sebagai Negara Mitra Dialog ASEAN.
Reputasi buruk Myanmar dalam perlindungan hak asasi manusia membuat AS dan Uni Eropa mengancam akan memboikot Pertemuan Tahunan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM). Akhirnya jabatan Ketua ASEAN dialihkan ke negara berikutnya, Filipina. Myanmar pun membenahi diri, dan saat Indonesia menjadi Ketua ASEAN tahun 2011, Myanmar ditetapkan layak diberikan kesempatan menjadi Ketua ASEAN. Dan, tahun 2014, Myanmar menunjukkan diri mampu melakukan tugasnya dengan baik. Tak ada gejolak atau "pertengkaran" di antara negara anggota ASEAN selama kepemimpinan Myanmar.
Kepemimpinan Myanmar lebih mulus ketimbang Kamboja tahun 2012. Semasa kepemimpinan Kamboja, terjadi "pertengkaran" antara Kamboja dan Filipina pada AMM di Phnom Penh, Kamboja, Juli 2012. Pada akhir AMM di Phnom Penh, 2012, untuk pertama kali sejak berdiri pada 6 Agustus 1967, ASEAN menutup pertemuan tahunannya tanpa menghasilkan Komunike Bersama. Kamboja yang memiliki hubungan erat dengan Tiongkok menolak usul untuk memasukkan insiden antara Filipina dan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan dalam Komunike Bersama ASEAN.
Harus disadari bahwa saat berdiri 47 tahun lalu itu, ASEAN hanya mencakup lima negara, yakni Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Thailand. Lima negara sisanya baru bergabung kemudian, Brunei (1984), Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), serta Kamboja (1999).
Dari contoh itu, terlihat ASEAN harus terus-menerus memperkuat rasa satu-kesatuan di antara mereka agar tidak mudah "dibujuk" pihak luar kawasan. Satu-kesatuan ASEAN itu menjadi semakin penting, terutama dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN, akhir Desember 2015.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010855251
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar