Runtuhnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), harga bahan bakar minyak dan nilai tukar rupiah yang turun-naik seperti yoyo, eksekusi hukuman mati terpidana kasus narkotika, dan pengenduran aturan remisi terpidana korupsi adalah sejumlah contoh kasus yang mengecewakan banyak kalangan. Tulisan ini mencoba membaca Jokowi dari sisi psikohistoris untuk meneropong karakteristik kepemimpinan dan pola pengambilan kebijakannya yang mengejutkan itu.
Selama ini ada anggapan Jokowi adalah bagian dari Generasi Reformasi. Anggapan itu didasari pemahaman bahwa pembaruan di Indonesia setelah tumbangnya rezim Orde Baru pada 1998 telah membuat Jokowi, yang dulunya bukan siapa-siapa, dapat muncul sebagai pemimpin pilihan sebagian rakyat. Mobilitas vertikal karier politik Jokowi-sebagai wali kota, gubernur, hingga sekarang presiden-menegaskan adanya kemajuan kehidupan berbangsa yang, dalam beberapa hal, membuat para penganut teori strukturalisme Levi Strauss mulai meragukan kebenaran teori itu.
Akan tetapi, anggapan itu tidak tepat. Jokowi sejatinya bukan bagian Generasi Reformasi. Lahir pada 1961, Jokowi adalah bagian generasi hasil didikan Orde Baru. Generasi ini menjalani masa formasi krusial dalam hidup pribadi mereka (yaitu masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa awal) pada masa keemasan rezim Orde Baru. Pendidikan formal ataupun nonformal pada masa keemasan Orde Baru adalah buah kebijakan yang ideologinya menekankan harmoni dan sikap
Seperti semua generasi yang tumbuh dalam zaman "keemasan" Orde Baru, Jokowi dibesarkan dalam alam sosio-politik penuh jargon pembangunan, yang menekankan stabilitas politik dengan pendekatan militer, memandang persatuan dan kesatuan sebagai doktrin, dan memahami kedaulatan bangsa semata-mata sebagai kekuasaan penuh atas wilayah geografi negara. Karakter kepemimpinan Jokowi merupakan hasil tempaan pengalaman hidupnya pada zaman Orde Baru, entah senang entah sengsara.
Teori Generasi
William Strauss dan Neil Howe dalam buku
Strauss dan Howe mendefinisikan
Menurut Strauss dan Howe, setiap generasi memiliki karakteristik kolektif yang dibentuk oleh peristiwa-peristiwa atau episode besar dan menentukan dalam sejarah yang mengubah secara fundamental arah perkembangan masyarakat tempat generasi itu dibesarkan. Pola dari peristiwa atau episode sejarah itu selalu berulang (disebut
Dalam sejarah Indonesia tahun kelahiran Jokowi (1961) adalah tahun dimulainya satu episode sejarah yang dampaknya sangat besar bagi kehidupan bangsa kita hingga kini, antara lain ketidakstabilan politik dan ekonomi, disusul peristiwa G30S 1965 dan pembunuhan massal serta semua dampak ikutannya.
Mengikuti teori Strauss dan Howe, maka fase 20 tahun pertama (1961-1980) dalam kehidupan Jokowi dan orang-orang segenerasinya adalah episode krisis yang secara normatif ditandai oleh tiga hal. Pertama, penghancuran dan pembangunan kembali institusi sebagai respons terhadap sesuatu yang dipandang mengancam kehidupan bangsa. Kedua, menguatnya kekuasaan negara dalam mengarahkan ekspresi kultural pada tujuan-tujuan kolektif. Ketiga, hilangnya individualitas dan menguatnya kecenderungan orang menempatkan dirinya sebagai bagian dari kelompok (halaman 118-119).
Generasi yang lahir pada episode krisis disebut generasi
Namun, saat generasi
Generasi "artist" Indonesia
Kembali ke sejarah Indonesia, guncangan politik dan keruntuhan ekonomi 1961-1965 yang disusul peristiwa G30S dan pembunuhan massal memaksa pemerintah Orde Baru (mulai 1966) melakukan stabilisasi melalui penguatan institusi negara dan masyarakat. Antara 1967 dan 1980 sejarah mencatat sejumlah momen krusial dalam konteks stabilisasi institusi, antara lain pengesahan undang-undang penanaman modal asing, penyederhanaan partai politik dan pengesahan paket undang-undang politik, pembentukan lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD), dogmatisasi Pancasila melalui penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), pemberangusan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi di dalam kampus.
Pada episode 1981-1998 rezim Orde Baru mengalami zaman keemasan sekaligus keruntuhan di pengujung waktu. Meskipun demikian, dampak dari episode puncak ini bagi pembentukan karakteristik-kolektif generasi amat kuat. Bonus produksi minyak dan keberhasilan swasembada beras tahun 1980-an serta situasi keamanan yang relatif stabil telah menumbuhkan kebanggaan kolektif. Tahapan-tahapan pembangunan melalui Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) adalah bukti optimisme kolektif elite saat itu bahwa institusi-negara yang kuat memang diperlukan sekalipun harus dibayar dengan pengekangan hak-hak dan kebebasan individu. Kebanggaan kolektif itu pupus di pengujung dekade kedua episode puncak.
Reformasi 1998 menebarkan antusiasme dan harapan akan perubahan. Inilah episode kebangkitan, yang dalam sejarah Indonesia juga sudah terjadi sekitar 90 tahun sebelumnya. Jadi, pada fase ketiga kehidupan mereka (fase usia dewasa, dimulai sekitar tahun 2000), generasi
Karakteristik generasi
Lahir dalam episode krisis, generasi
Kepemimpinan Presiden Jokowi sedikit atau banyak menunjukkan karakteristik dirinya sebagai bagian generasi
Karena sifatnya yang idealis-moralis tapi juga adaptif-pragmatis, generasi
AGUS SUWIGNYO
Pedagog cum Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar