Pemerintah melalui Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli dan jajarannya menegaskan, pembenahan berupa perbaikan arus barang, pembuatan zona penyangga pemeriksaan, dan kenaikan tarif. Jika pembenahan benar-benar mulai dilaksanakan, terobosan itu dapatlah disebut sebagai "operasi kepret elang laut" yang memacu semangat perbaikan.
Langkah terobosan memang sangat mendesak karena manajemen sejumlah pelabuhan di Indonesia dinilai sangat tidak efisien dan efektif. Banyak waktu, biaya, dan peluang terbuang sia-sia. Kondisi benang kusut itu termasuk ironi karena pelabuhan dari riwayatnya justru untuk kelegaan dan kenyamanan sebagai pintu gerbang.
Tidaklah berlebihan jika orang Inggris menyebut pelabuhan sebagai seaport, yang berasal dari kata sea (laut) dan port(porta: gerbang dalam bahasa Latin). Negara tidak hanya membutuhkan gerbang laut (seaport), tetapi juga gerbang udara (airport). Setiap gerbang semestinya memberi kenyamanan bagi pergerakan manusia, barang, dan jasa. Bahkan, berbagai kisah di masa silam selalu menggambarkan bagaimana nelayan dan pelaut merindukan cepat sampai di pelabuhan.
Namun, dalam kenyataannya, kini pelabuhan tidak memberikan banyak kenyamanan, bahkan membuat frustrasi, terutama bagi eksportir dan importir. Dengan berbagai alasan, barang tidak dapat dimuat atau dibongkar dengan cepat dan pada waktunya. Sebagian karena alasan teknis, tetapi tidak sedikit karena permainan kepentingan, termasuk mafia. Atas dasar itu, Menko Rizal menegaskan tekad memberantas mafia dan menggeser pejabat yang mengail di air keruh.
Sudah diputuskan pembentukan Tim Satuan Tugas Pembenahan Bongkar Muat yang diharapkan dalam satu bulan ini mulai berjalan efektif. Bongkar muat yang selama ini berkisar 4-6 hari menjadi 2-2,5 hari. Langkah terobosan itu tidak hanya membuat waktu bongkar muat lebih efisien dan kompetitif sebagaimana dikatakan Menko Rizal. Akan tetapi, hal itu juga membangun etos kerja baru yang memberi sugesti positif pada aktivitas di bidang lain.
Komitmen para pemangku kepentingan, terutama pemerintah, ditantang untuk secepatnya membenahi manajemen pelabuhan yang telanjur menjadi benang kusut. Segera terbayang pula, begitu pemerintah berhasil membenahi manajemen pelabuhan secara lebih efektif, efisien, dan kompetitif, pengaruhnya sangat luas bagi pembangunan etos kerja di tengah kelesuan ekonomi saat ini.
Pembenahan manajemen pelabuhan bisa dijadikan momentum untuk mendorong perubahan cara kerja di bidang lain. Sudah menjadi keniscayaan, setiap langkah pembenahan, termasuk "operasi kepret elang laut", tidak bisa setengah-setengah jika ingin mencapai hasil optimal.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Agustus 2015, di halaman 6 dengan judul "Operasi Pembenahan Pelabuhan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar