Sehari setelah dilantik menjadi perdana menteri, 26 Mei 2014, Modi bertemu dengan delapan pemimpin negara Asia Selatan, termasuk PM Pakistan Nawaz Sharif. Dalam kesempatan itu, Modi menginginkan Pakistan lebih tegas terhadap kaum militan. Modi juga ingin hubungan kedua negara berjalan lebih baik dalam berbagai bidang, termasuk perdagangan.
Nawaz Sharif yang terpilih tepat setahun sebelumnya juga menyampaikan keinginan yang sama. Sinyal positif kedua negara berbeda dengan kenyataan di lapangan. Militer kedua negara terlibat saling serang, khususnya di daerah yang sejak 1947 menjadi perebutan kedua negara, Kashmir.
Apalagi setelah Pakistan membebaskan tersangka utama peledakan di Mumbai tahun 2008 yang menewaskan 166 orang, Zaki-ur-Rehman Lakhvi, April 2015. Sejak saat itu, kedua negara saling tuduh, termasuk ketika Modi berkunjung ke Banglades Juni 2015. Di Banglades, Modi menuduh Pakistan mendukung terorisme di India. Sebaliknya, Pakistan menuduh India mendukung upaya kaum separatis Balochistan.
Namun, pada Juli 2015, keduanya sempat bertemu di sebuah konferensi di Ufa, Rusia. Mereka kembali bertemu saat berlangsung Konferensi Perubahan Iklim akhir November 2015 di Paris. Mereka mencoba menjajaki dimulainya perundingan.
Modi yang meresmikan gedung parlemen Afganistan di Kabul sedang dalam perjalanan menuju India. Namun, dia mendarat di Lahore, negara bagian di timur Pakistan. Di kota inilah kedua pemimpin bertemu. Kunjungan Modi adalah kunjungan pertama PM India sejak 2004.
Hubungan kedua negara sering kali naik turun. Selain soal Kashmir, dalam beberapa tahun terakhir soal kepemilikan senjata nuklir dan terorisme juga menjadi faktor penghambat perbaikan hubungan kedua negara.
Pendekatan Modi yang tak lagi menempatkan Pakistan sebagai pendukung teroris akan menentukan keberhasilan Pakistan yang di dalam negeri kerepotan menghadapi terorisme. Meski ada anggapan bahwa politik luar negeri Pakistan lebih banyak ditentukan militer, tidak berarti pertemuan keduanya sia-sia belaka.
Hubungan yang baik antara Pakistan dan India sangat penting mengingat kehadiran armada Tiongkok di Sri Lanka dan Banglades. Dua negara inilah yang diharapkan dapat meminimalkan atau bahkan menetralkan dampak kehadiran militer Tiongkok.
Bagi Indonesia, suasana kondusif di kawasan Asia Selatan akan dapat meningkatkan hubungan perdagangan mengingat jumlah penduduk di kawasan itu sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar