Juru bicara militer Irak, Sabah al-Numani, mengatakan, kompleks pemerintahan di Ramadi itu sepenuhnya di bawah kendali militer. Tidak ada tanda-tanda kehadiran milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sama sekali di tempat itu.
Dengan mengusai kembali kompleks pemerintahan di Ramadi, praktis pasukan Irak merebut kembali Ramadi dari tangan NIIS, yang menguasai kota itu akhir Mei lalu. Kota yang didominasi kaum Sunni, sekitar 90 kilometer di barat Baghdad, ibu kota Irak, itu sudah dikepung pasukan Irak dalam beberapa hari terakhir. Pasukan Irak membersihkan ranjau yang ditanam di sepanjang jalan dan gedung yang menuju pusat kota, dan merebut beberapa distrik yang dilalui. Perebutan itu dilakukan secara hati-hati karena khawatir NIIS meninggalkan jebakan bom.
Setelah tembakan yang dilepaskan penembak jitu tersembunyi dari dalam kompleks pemerintahan berhenti, dan lewat pengamatan wilayah dideteksi tidak ada lagi aktivitas manusia di sana, pasukan Irak segera masuk dan menguasainya. Namun, Numani tidak menutup kemungkinan masih adanya kantong-kantong yang dikuasai NIIS. Itu sebabnya, menurut dia, langkah berikut adalah membersihkan kantong-kantong yang masih dikuasai NIIS.
Keberhasilan serangan pasukan Irak ke Ramadi itu tidak terlepas dari dukungan serangan udara dari koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat. Dalam melakukan serangan-serangan terhadap NIIS, pasukan Irak sangat memperhatikan konstalasi agama di wilayah yang diperangi. Misalnya, milisi Syiah dukungan Iran tidak dilibatkan di Ramadi, yang didominasi kaum Sunni. Tujuannya agar tidak terjadi ketegangan sektarian.
Jenderal Ismail al-Mahlawi, pemimpin operasi militer Anbar, menyebutkan, peperangan melawan NIIS itu tidak mudah dilakukan karena NIIS menggunakan bom bunuh diri, penembak jitu tersembunyi, dan ranjau.
Ada hal-hal positif yang didapat dari keberhasilan pasukan Irak menguasai kembali Ramadi, yang tujuh bulan lalu jatuh ke tangan NIIS. Pertama, meningkatnya rasa percaya diri pada pasukan Irak dan, kedua, keyakinan bahwa NIIS itu dapat dikalahkan.
Setelah Ramadi, kini pasukan Irak mengincar Mosul, kota kedua terbesar di Irak yang berpenduduk 1,5 juta orang, yang terletak di Irak utara. Perdana Menteri Haider al-Abadi mengemukakan, mereka akan segera mengambil alih Mosul, yang dikuasai NIIS sejak Juni 2014. Persiapan yang matang sangat diperlukan mengingat Mosul selama satu tahun ini sepenuhnya berada di bawah kendali NIIS. Namun, dengan berbekal kemenangan atas Ramadi, pasukan Irak yakin, dengan strategi yang tepat, Mosul pun dapat diambil alih.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Desember 2015, di halaman 6 dengan judul "Pasukan Irak Ambil Alih Ramadi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar