Pemilu yang dilaksanakan pada Jumat lalu adalah pemilu pertama setelah tercapainya kesepakatan nuklir yang diikuti dengan pencabutan sanksi ekonomi atas Iran. Dengan kesepakatan tersebut, Iran keluar dari "kamar" isolasi, yang memberikan kesempatan dan peluang untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomiannya.
Dalam pemilu akhir pekan lalu, dipilih 290 anggota Majelis (Parlemen) dari lebih 6.200 kandidat yang bertarung dan 450 lebih di antaranya perempuan. Dipilih pula dalam pemilu itu, 88 anggota Majelis Ahli. Majelis Ahli inilah yang memiliki kewenangan untuk memilih Pemimpin Tertinggi. Pemimpin Tertinggi sekarang, Ayatollah Ali Khamenei (76), menurut berita yang tersiar, kondisi kesehatannya semakin menurun. Karena itu, ada kemungkinan akan dipilih penggantinya.
Sejak semula diperkirakan, pemilu lalu menjadi mandala pertarungan—menurut istilah para pengamat politik internasional—antara kubu reformasi dan garis keras. Menyederhanakan pemilu menjadi pertarungan antara kubu reformasi dan garis keras, lebih karena mengikuti pola lama. Pada tahun 1980-an, dikatakan terjadi pertarungan antara kubu "kiri" dan "kanan"; lalu pada tahun 1990-an, pertarungan antara "reformis" versus "konservatif".
Meski demikian, sesungguhnya, pemilu di Iran tidak bisa begitu saja secara sederhana dirumuskan sebagai pertarungan antara kubu reformasi dan garis keras. Memang, di Iran tidak ada partai politik yang riil, tetapi parlemen terbagi menjadi kubu atau blok yang mendukung gagasan moderat dan kubu yang mendukung gagasan garis keras.
Sejak penandatanganan kesepakatan nuklir pada Juli di bawah kepemimpinan Presiden Hassan Rouhani, pertarungan antara kedua kubu itu semakin keras. Kubu garis keras berjuang keras untuk mengikuti keberhasilan kebijakan luar negeri dengan melakukan reformasi politik di dalam negeri.
Namun, persoalan utama yang kini dihadapi Iran adalah menyangkut masalah perekonomian. Masalah ekonomi ini berkaitan dengan masalah lapangan pekerjaan, harga-harga kebutuhan pokok, masalah standar hidup, juga masalah perumahan. Jadi, para kandidat yang dianggap mampu mengatasi masalah tersebut yang dipercaya rakyat.
Apa pun hasil pemilu kali ini, dan siapa pun yang akan menjadi Pemimpin Tertinggi, akan menghadapi situasi yang sudah berubah. Para anggota parlemen dan Pemimpin Tertinggi akan pula dihadapkan pada kenyataan baru bahwa Iran sudah harus meninggalkan masa lalunya untuk menghadapi persaingan dunia yang riil, terutama di kawasan Timur Tengah, dan penyelesaian persoalan-persoalan di dalam negeri yang begitu mendesak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar