Adik saya pemegang kartu tanda penduduk dengan alamat rumah saya di Bintaro Sektor 9, Kota Tangerang Selatan, Banten. Karena KTP akan habis masa berlakunya—tepatnya Oktober 2016—dan karena dia sudah menikah serta memiliki rumah tangga sendiri, ia meminta tolong kepada saya untuk mengurus surat pindah.
Sebagai warga yang berusaha taat peraturan, saya mengikuti prosedur birokrasi untuk mengurus pemindahan KTP itu. Tanggal 3 Oktober 2016, saya meminta surat pengantar RT dan RW, selesai satu hari. Demikian juga ke kantor kelurahan dan kecamatan. Saya datang tanggal 5 Oktober 2016 dan dilayani dengan cepat.
Langkah selanjutnya, saya ke dinas kependudukan di Serpong karena menurut persyaratan terbaru dinas kependudukan yang mengeluarkan surat pindah. Tanggal 11 Oktober 2016, saya ke kantor Disdukcapil dan mendapat nomor antrean C234.
Begitu banyak orang antre. Sampai pukul 12.00, saat istirahat makan siang, baru sampai nomor antrean 98. Saya bertanya kepada petugas, kira-kira pukul berapa dipanggil. Jawabannya bisa pukul 16.00 atau lebih. Saya tidak mungkin menunggu seharian di kantor itu, maka saya pun pulang.
Seorang petugas menjelaskan, jika mau nomor kecil datang saja pukul 06.00. Saya mengikuti saran itu. Namun, ketika sampai, saya sudah mendapat nomor antrean 79. Saya menunggu sampai pukul 11.00 sampai akhirnya dokumen diterima. Menurut informasi petugas, proses membutuhkan tujuh hari kerja.
Betapa susahnya prosedur yang harus dilewati hanya untuk mengambil surat pindah. Padahal, tanpa KTP, kita susah melakukan berbagai aktivitas. Dari verifikasi tiket kereta api, pesawat, sampai transaksi di bank, semua membutuhkan bukti KTP.
DIONESIA SEBAYANG
Puri Bintaro, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten
Metromini "Ngetem"
Keadaan ini sudah berlangsung lama. Setiap pagi pukul 05.00 sampai pukul 09.00, di sepanjang ruas Jalan Rawa Bambu dan Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terjadi kemacetan parah yang menyengsarakan pengguna jalan. Sumber kemacetan adalah kawasan menjelang dan sepanjang terowongan (underpass) dekat Robinson Department Store, arah Pancoran.
Ini gara-gara sejumlah metromini yangngetem di ruas jalan terowongan tersebut. Ironisnya, ruas jalan di terowongan itu justru terlarang untuk dilalui, apalagi menjadi tempat ngetemangkutan bertrayek.
Tidak ada alasan bagi Dishub DKI Jakarta untuk tidak mengetahui keadaan itu karena setiap pagi selalu melintas petugas berseragam Dishub DKI Jakarta naik sepeda motor dinas. Petugas tentu menyaksikan kondisi sekaligus merasakan kemacetan yang ditimbulkan, tetapi berlalu begitu saja seolah tidak ada sesuatu yang salah.
RM TAMPUBOLON
Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Jadwal Pesawat
Tanggal 16 Oktober 2016, saya memesan tiket pesawat Kalstar KD-965 Balikpapan-Melak untuk penerbangan 24 Oktober 2016 pukul 12.10. Karena berangkat dari Jakarta, saya memesan tiket Garuda GA-0562 Jakarta-Balikpapan pada 24 Oktober 2016 pukul 06.15.
Namun, 50 jam sebelum keberangkatan, Ibu Atika dari Kalstar Balikpapan menghubungi saya. Ia mengabarkan perubahan jadwal Kalstar menjadi pukul 09.15 (2 jam 55 menit lebih awal dari jadwal semula) dengan alasan adamaintenance pesawat dan hanya ada satu penerbangan dari Balikpapan-Melak.
Akibat perubahan itu, saya harus mengubah jadwal tiket Garuda Jakarta-Balikpapan dengan konsekuensi kena penalti dan membayar selisih harga tiket Garuda Rp 1,2 juta.
Saya menghubungi Ibu Sipa, Supervisor Kalstar Balikpapan, Bapak Bayu, juga Ibu Ningrum dari Kalstar pusat Jakarta, tetapi tidak ada pertanggungjawaban atas kerugian yang saya alami. Kalstar hanya bersedia mengembalikan uang tiket atau menjadwal ulang penerbangan.
Akhirnya saya terbang dengan Garuda GA-560 Jakarta-Balikpapan 25 Oktober 2016 pukul 05.00, membayar penalti dan selisih tiket Rp 642.400, serta menjadwal ulang Kalstar KD-965 Balikpapan-Melak menjadi 25 Oktober 2016 pukul 10.25.
MARCELLA A LONATRISTA
Srengseng Raya RT 010 RW 003, Kembangan, Jakarta Barat
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Oktober 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar