Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 28 November 2016

TAJUK RENCANA: Kuba Setelah Fidel Castro (Kompas)

Akan seperti apakah Kuba setelah kematian Fidel Castro? Apakah akan segera meninggalkan sistem lama dan bertransformasi ke sistem baru?

Fidel Castro, mantan Presiden Kuba, yang berkuasa sejak tahun 1959, dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada adiknya, Raul Castro, tahun 2006, meninggal akhir pekan lalu karena sakit. Tokoh sejarah yang selama berkuasa setia pada ideologi komunisme dan selalu menyebut dirinya seorang Marxis-Leninis itu meninggal pada usia 90 tahun. Kematiannya ditangisi dan ditandai dengan masa berkabung selama sembilan hari, sekaligus dirayakan oleh orang-orang Kuba di pengasingan.

Banyak catatan tentang Castro. Ia akan dikenang sebagai tokoh yang hampir saja memicu pecahnya perang besar antara AS dan Rusia ketika terjadi insiden Teluk Babi pada tahun 1961. Castro juga dikenang sebagai presiden yang dengan gagah berani menghadapi embargo AS dan bertahan di kursi kekuasaannya meski berkali-kali hendak dijatuhkan oleh AS. Ia berkuasa sejak zaman Presiden Eisenhower hingga di pengujung pemerintahan Obama.

Karena tangan besinya ketika berkuasa, banyak rakyatnya melarikan diri, meninggalkan Kuba masuk ke AS. Mereka inilah yang merayakan kematian Castro. Sistem pemerintahannya membuat rakyat miskin, tertekan, memenjarakan para penentangnya, membatasi kebebasan, dan melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia, termasuk tidak ada kebebasan beragama. Meski demikian, ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang menginspirasi para pemimpin negara lain, termasuk Hugo Chavez.

Apa pun catatan tentang Castro, ia akan tetap dicatat sebagai tokoh yang mewarnai panggung dunia selama abad ke-20 dan ke-21. Castro akan dikenang sebagai tokoh sejarah dunia. Presiden AS terpilih, Donald Trump, menyebut Castro sebagai "diktator brutal"; PM Kanada Justin Trudeau menyebutnya "pemimpin yang luar biasa"; dan Barack Obama, yang sudah membuka hubungan diplomatik dengan Kuba, memilih tidak berkomentar.

Fidel Castro sudah tidak ada. Karena itu, tidak ada alasan lain bagi Raul Castro, yang berjanji hanya akan berkuasa hingga 2018, untuk segera mempercepat transformasi Kuba, baik dalam sistem politik maupun ekonomi, dan membuka pintu lebar-lebar bagi dunia luar untuk kemajuan. Selama Fidel Castro berkuasa, hingga kini, di Kuba hanya dikenal satu partai, Partai Marxis-Leninis, tidak ada oposisi, militer dan keamanan sangat berkuasa.

Dunia sudah berubah; berlari begitu kencang. Kalau Kuba tetap bertahan dengan sistem, baik politik maupun ekonomi yang berdasarkan Marxisme-Leninisme yang sudah usang, negeri itu akan ketinggalan zaman. Raul dan para pemimpin Kuba harus membawa kebebasan dan kehidupan baru bagi rakyat Kuba, membuka pintu dan jendela lebar-lebar bagi perubahan dan kemajuan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 November 2016, di halaman 6 dengan judul "Kuba Setelah Fidel Castro".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger