Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 19 Desember 2016

TAJUK RENCANA: Apresiasi untuk Tim Garuda (Kompas)

Apresiasi patut diberikan kepada tim nasional kendati gagal meraih juara Piala AFF Suzuki 2016. Lima kali masuk final, Indonesia belum bisa juara.

Dalam pertadingan laga ke-2 di Bangkok, tim nasional Indonesia kalah 0-2 dari Thailand sehingga menjadikan Indonesia kalah agregat gol 2-3. Thailand menjadi juara AFF 2016. Jika melihat persiapan yang ada, capain tim nasional sudah melebih target.

Setelah kemelut Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang tak kunjung selesai, PSSI dilarang bermain oleh FIFA, kompetisi resmi tak pernah berputar, dan keengganan klub meminjamkan pemain untuk tim nasional menandakan situasi yang sangat tidak ideal. Dalam situasi seperti itulah, penampilan tim nasional di bawah asuhan Alfred Riedl yang meraih runner-up sudah membanggakan.

Kegigihan pemain nasional yang diambil dari sejumlah tempat di Tanah Air menunjukkan bagaimana olahraga, khususnya sepak bola, telah menyatukan energi positif bangsa Indonesia. Kita menyaksikan bagaimana antusiasme penonton Indonesia mendukung tim nasional, baik pada laga pertama di Stadion Pakansari, Bogor, maupun di Stadion Rajamangala, Bangkok. Sejumlah warga negara Indonesia terbang ke Bangkok untuk menjadi "pemain ke-12" mendukung tim nasional.

Bangsa Indonesia butuh kebanggaan nasional. Bangsa ini butuh energi positif untuk mengelola emosi Ibu Pertiwi yang terasa begitu nestapa. Capaian tim nasional pada Piala AFF 2016 memberi harapan. Olahraga bisa menjadi instrumen membangkitkan nasionalisme dan kebanggaan.

Karena itulah, pengurus PSSI yang baru di bawah pimpinan Letjen Edy Rahmayadi perlu betul-betul menata kembali organisasi sepak bola Indonesia. Sistem kompetisi yang baik diyakini akan menghasilkan hasil yang baik pula. Kompetisi yang diputar secara baik akan menghidupkan industri penunjang, seperti industri bola, sepatu, apparel baik itu kostum, jaket, maupun kaus dan topi. Industri jasa boga pun akan tertarik jika kompetisi berjalan baik.

Dari sisi kemendesakan, kita bisa memahami bahwa penjualan tiket final laga pertama harus dilakukan di kantor-kantor TNI. Namun, pada masa depan, penjualan tiket harus dilakukan di tempat yang lebih representatif yang menempatkan olahraga, khususnya sepak bola, sebagai industri yang butuh penanganan profesional.

Ketika olahraga bisa menjadi energi positif penggerak nasionalisme dan sportivitas, bagaimana pemerintah provinsi memikirkan ketersediaan lapangan olahraga, khususnya sepak bola. Kini, lapangan sepak bola kian terpinggirkan dan digantikan mal-mal besar yang mendorong perilaku konsumtif warganya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Desember 2016, di halaman 6 dengan judul "Apresiasi untuk Tim Garuda".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger