Aden adalah kota di bagian selatan Yaman yang dikontrol beberapa faksi yang loyal kepada Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi. Mereka berperang melawan kelompok Houthi yang beraliran Syiah, yang sejak 2014 menguasai ibu kota Sana'a dan sebagian besar Yaman bagian utara.
Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) serta Al Qaeda mengambil keuntungan dari kondisi konflik ini, dengan memperbanyak kehadiran anggota mereka di Yaman selatan. Namun, NIIS dan Al Qaeda bersaing untuk mendapatkan pengaruh lebih besar di Yaman selatan.
Minggu (18/12), sebuah bom bunuh diri meledak di depan markas militer Aden. Bom itu diledakkan di tengah-tengah tentara yang antre untuk menerima gaji. Setidaknya 48 tentara tewas dan 84 orang luka-luka. Sepuluh hari sebelumnya, ledakan bom bunuh diri terjadi di Al-Sawlaban dengan korban tewas 48 tentara dan 29 luka-luka. Kedua bom ini diklaim dilakukan oleh NIIS.
Konflik di Yaman menelan korban lebih dari 7.000 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil. Lebih dari 3 juta warga Yaman meninggalkan rumah dan 18,8 juta warga atau 69 persen dari total penduduk Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Arab Saudi bersama koalisi internasionalnya, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara teluk, terus membombardir Yaman utara. Namun, pengamat internasional menduga sebagian besar lokasi pengeboman itu adalah rumah penduduk.
Dalam kunjungan ke Arab Saudi, Minggu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry berharap Saudi menerima tawaran gencatan senjata selama dua pekan. "Kegagalan mencapai kesepakatan ini akan mengganggu koalisi," katanya.
Berkali-kali upaya gencatan senjata diusulkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan terus-menerus gagal akibat pecah perang baru. Utusan Khusus PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed menegaskan kembali proposal perdamaian yang dibuat Oktober lalu. Presiden Hadi, yang berada di Riyadh sejak akhir 2015, menolak rencana damai PBB itu. Kerry menjelaskan, semua pihak harus melangkah ke depan. "Apalagi, Iran mengindikasikan juga ingin melihat perdamaian di Yaman," ujar Kerry.
Kita terus berharap penyelesaian krisis kemanusiaan di Yaman tidak terlambat seperti di Aleppo. Tidak saja jumlah mereka yang 18,8 juta orang, tetapi konflik yang berkepanjangan ini juga bisa menjadi ajang baru bagi perebutan pengaruh antara NIIS dan Al Qaeda.
Presiden Hadi dengan besar hati dapat menerima tawaran gencatan senjata usulan PBB. Ini mengingat Iran yang selama ini dianggap sebagai pendukung utama kelompok Houthi, dikutip Kerry, mau berdamai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar