Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 24 Desember 2016

TAJUK RENCANA: Kendala Penyelesaian Konflik Suriah (Kompas)

Pasukan Suriah menguasai kembali kota Aleppo, Kamis (22/12), setelah empat tahun lebih direbut dan dikuasai kelompok oposisi.

Militer pemerintah mengumumkan secara resmi penguasaan Aleppo melalui televisi pemerintah, menyusul konvoi empat bus yang membawa kelompok perlawanan meninggalkan bagian timur kota itu, yang selama ini menjadi ajang pertempuran hebat. Setidaknya 34.000 orang dalam sepekan terakhir meninggalkan Aleppo timur, termasuk warga sipil yang sakit dan cedera serta dalam kondisi kritis.

"Kami mengumumkan bahwa kota Aleppo telah sepenuhnya dikuasai setelah kaum teroris meninggalkan kota ini dan tinggal di sana (pengungsian)," demikian pengumuman militer Suriah.

Juru bicara kelompok oposisi mengakui kehilangan Aleppo merupakan kekalahan politik terbesar mereka. "Ini periode yang sulit untuk kembali mengobarkan perlawanan melawan pemerintah Bashar," ujar Yasser al-Yousef dari kelompok perlawanan Nureddin al-Zinki.

Kelompok perlawanan, yang merebut Aleppo timur sejak tahun 2012, setuju keluar menyusul kesepakatan di Moskwa yang digelar oleh Rusia, dan hanya dihadiri Iran dan Turki, tanpa kehadiran Amerika Serikat. Apalagi, mereka juga kehilangan 90 persen wilayah yang pernah direbutnya dari militer Suriah.

Pada evakuasi yang ditangani Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) ini, kelompok pemberontak juga diperbolehkan membawa senjata ringan dan mencari wilayah yang masih dikuasai oleh kelompok pemberontak lain. "Pembebasan Aleppo dari terorisme bukan hanya kemenangan bagi Suriah, melainkan juga kemenangan bagi negara yang berjuang melawan terorisme, khususnya Iran dan Rusia," kata Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan, kesepakatan tersebut telah mengakhiri perang dan menghindarkan terulangnya pembantaian. "Sebagian dari mereka pergi ke Idlib, yang ke depan bisa menjadi Aleppo baru," ujarnya di Geneva, Swiss, Kamis.

Kita sependapat dengan pernyataan Mistura. Pertanyaannya, apakah kelompok perlawanan akan menghentikan semua pertempuran di seluruh negara Suriah? Atau seperti dikatakan Mistura, pertempuran akan pindah ke kota lain. Apakah Amerika Serikat akan menerima begitu saja penyelesaian ini?

Jawaban pertanyaan ini tergantung dari seluruh negara yang terlibat dalam konflik di Suriah. Pembentukan panel khusus pengumpul bukti kejahatan perang di Suriah oleh PBB bisa menjadi kendala baru untuk menyelesaikan konflik secara menyeluruh. Meskipun kita tahu, upaya ini dibayang-bayangi veto oleh Rusia, yang menjadi sekutu terdekat Presiden Assad.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Desember 2016, di halaman 6 dengan judul "Kendala Penyelesaian Konflik Suriah".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger