Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 27 Desember 2016

TAJUK RENCANA: Paus, Natal, dan Sandera Materialisme (Kompas)

Mendahului sambutan Urbi et Orbi, dalam misa menjelang Natal, Sabtu (24/12) malam, Paus Fransiskus prihatin atas kecenderungan materialisme.

Dalam misa di Vatikan yang dijaga ketat itu, pemimpin Gereja Katolik Roma ini juga menyoroti penderitaan anak-anak di dunia. Tidak ketinggalan, Paus juga menyoroti mereka yang menderita kelaparan, bahaya yang dihadapi oleh mereka yang bermigrasi, dan peledakan bom di kota-kota Suriah, seperti Aleppo.

Menyangkut tersanderanya Natal oleh materialisme, Paus Fransiskus mengatakan, orang sekarang hidup di saat "ketika cahaya perdagangan telah menyebabkan cahaya Tuhan terpinggirkan dalam bayang-bayang, yaitu ketika kita lebih memikirkan hadiah, tetapi kurang peduli kepada mereka yang terpinggirkan". Paus meminta agar peringatan Natal bisa dilangsungkan dengan lebih sederhana.

Dari Basilika Santo Petrus di Vatikan, Paus Fransiskus yang telah memimpin upacara Natal empat kali sejak terpilih tahun 2013 menggaungkan apa yang terjadi di dunia, khususnya penderitaan yang dialami oleh mereka yang hidupnya masih diliputi kelaparan, mereka yang harus mengungsi karena negara yang ditinggali dilanda konflik politik dan peperangan.

Dalam situasi seperti itu, yang banyak dijumpai di berbagai penjuru dunia, Paus merasa bahwa merayakan Natal dalam kemewahan tidak pada tempatnya. Paus mengatakan, mereka yang hidup di dunia yang kaya harus diingatkan, bahwa pesan Natal adalah kerendahhatian, kesederhanaan, dan misteri.

Jika kita ingin merayakan Natal secara otentik, kata Paus Fransiskus, kita perlu merenungkan tanda yang ada, yakni bayi kecil yang baru lahir secara sederhana. Tuhan ada di sana, katanya menambahkan, seperti dikutip The Guardian (25/12).

Dua hal yang diangkat oleh Paus kiranya amat aktual dan kuat gaungnya di dunia sekarang ini. Pesan yang disampaikan dalam misa yang dihadiri 10.000 orang, dan dengan pengamanan yang demikian ketat, pas dengan kondisi dunia yang diliputi oleh kesenjangan antara si kaya dan si miskin, bukan hanya pada lingkup dunia, melainkan juga pada lingkup satu negara pada umumnya.

Pada kondisi seperti itu, satu hal lain yang juga disoroti oleh Paus adalah ketidakpedulian karena asik dengan diri sendiri. Kondisi berorientasi pada keduniawian yang telah menyandera perayaan Natal itulah yang menurut Paus perlu dibebaskan.

Saat lonceng gereja nyaring berdentang dan paduan suara Kapel Sistina seperti diwartakan NBC News dengan merdu menyanyikan "Gloria", ada baiknya kita renungkan kembali butir-butir pernyataan Sri Paus.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Desember 2016, di halaman 6 dengan judul "Paus, Natal, dan Sandera Materialisme".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger