Pertanyaan lain yang muncul adalah apakah kerajaan akan tetap membangun hubungan baik dan erat dengan militer atau bahkan memperkuat hubungan itu, atau akan menarik diri tidak terlibat dalam hiruk-pikuk politik?
Apakah Raja Vajiralongkorn akan mengikuti langkah yang diambil raja-raja di negara tetangga? Beberapa monarki di Asia semakin tidak terlibat dalam pergumulan politik. Raja Kamboja, misalnya, sudah tidak lagi memainkan peranan sentral dalam urusan politik. Hal yang hampir sama dilakukan oleh Raja Butan Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, yang secara bertahap menyerahkan kepada proses demokrasi. Kaisar Jepang pun demikian.
Tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Mengapa? Sangat jelas dalam ingatan rakyat Thailand betapa dahulu Raja Bhumibol menjadi tokoh sentral dalam menyelesaikan beragam persoalan negara.
Posisinya sebagai kepala negara menjadi sentral dalam sistem politik Thailand karena raja sangat dipercaya rakyat. Kendati kekuasaannya lebih bersifat simbolis, raja bisa meminta perdana menteri untuk membubarkan parlemen. Selama itu, raja memainkan peran penting dengan isyarat- isyarat politiknya.
Berkali-kali Thailand dilanda krisis politik, termasuk kudeta militer, dan berkali-kali pula Raja Bhumibol turun tangan menyelesaikan persoalan dan memberikan kelegaan kepada rakyat. Peran seperti itulah kiranya yang kini diharapkan bisa dimainkan oleh Raja Maha Vajiralongkorn di tengah persoalan politik yang masih belum selesai di Thailand sekarang ini.
Berangkat dari pengalaman dan kenyataan seperti itu, sangat wajarlah kalau kemudian muncul pertanyaan di atas. Sangat wajar pula bahwa rakyat Thailand mengharapkan bahwa raja mereka pun akan menjadi tokoh sentral, yang akan menjadi muara terakhir dalam menyelesaikan segala macam persoalan negara, terutama menyelesaikan masalah politik, tarik-menarik antara kekuatan sipil dan militer, antara elite politik di perkotaan dan masyarakat perdesaan.
Mungkin terlalu dini memperkirakan peran apa yang akan diambil oleh raja. Akan tetapi, satu hal yang pasti, Raja Vajiralongkorn kiranya tidak akan mengecewakan rakyatnya yang terpecah-pecah antara masyarakat perkotaan dan perdesaan, kelas bawah dan kelas atas.
Peran sebagai penyeimbang, yang menyeimbangkan semua aktor politik, menjadi sangat penting bagi kelanjutan monarki. Kesalahan atau ketidaktepatan peran yang diambil raja akan menjadi persoalan besar, tidak hanya bagi monarki, tetapi juga bagi masa depan Thailand, demokrasi Thailand.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Desember 2016, di halaman 6 dengan judul "Raja Thailand Sosok Pemersatu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar