Semangat kepedulian, penghormatan, pengabdian kepada sesama, solidaritas kepada kaum miskin, kepada kaum yang terpinggirkan, kepada yang terlupakan, dan kesederhanaan dalam hati serta pikiran dan tindakan itu yang ingin dicontohkan Paus pada perayaan Kamis Putih, lalu, ketika ia membasuh 12 penghuni penjara Paliano, di selatan Roma.
Pada hari Kamis Putih (hari Kamis Perjamuan Akhir menjelang Minggu Paskah) dilakukan ritus pencucian kaki terhadap sejumlah laki-laki dewasa yang terpilih. Ritus tersebut dilakukan untuk mengikuti contoh yang dulu dilakukan Kristus sebagai ungkapan pelayanan dan cinta.
Yang dilakukan Paus Fransiskus tiga tahun terakhir di luar kebiasaan. Dua tahun lalu, ia membasuh kaki 12 penghuni penjara remaja, dua di antaranya remaja putri, dan salah satunya bahkan non-Katolik. Lalu, tahun lalu, Paus membasuh kaki 12 orang di panti jompo dan cacat, beberapa di antaranya non-Katolik dan seorang wanita.
Hal yang sama tahun ini diulangi lagi: Paus membasuh kaki 12 penghuni penjara Paliano. Penjara Paliano berlokasi di dalam sebuah benteng besar, terkenal sebagai penjara bagi mafia yang menjadi saksi pelaku (justice collaborator ). Penjara yang terletak di puncak bukit antara Monte Scalambra dan Pegunungan Lepini ini memiliki fasilitas pengamanan tingkat tinggi. Tiga dari 12 orang yang dibasuh kakinya adalah perempuan.
Yang dilakukan Paus, memang, tidak sebagaimana biasanya. Belakangan ini ada banyak orang bertanya, mengapa hal itu dilakukan. Yang dilakukan Paus tidak lebih tidak kurang ingin menunjukkan perhatiannya kepada sesama, cinta kasihnya kepada sesama, tidak peduli siapa mereka, apa pun latar belakang mereka, lelaki atau perempuan, bukan sekadar tindakan sensasional.
Kini orang paham bahwa terpilihnya Uskup Agung Buenos Aires, Argentina, Jorge Mario Bergoglio, pada tahun 2013 sebagai Paus seperti sebagai jawaban terhadap tuntutan zaman yang bergerak, berlari, dan berkembang begitu cepat meninggalkan aspek kehidupan rohani dan lebih mementingkan serba yang kebendaan. Selain itu, telah lahir masyarakat konsumtif, dan konsumerisme telah menjadi ideologi besar pada zaman globalisasi ini, dan orang cenderung melupakan orang lain, terutama yang berbeda status, strata sosial, latar belakang termasuk agama, suku, dan rasa. Orang cenderung egoistis.
Inilah yang ingin disampaikan Paus, yakni mengajak semua orang untuk solider kepada kaum papa dan sederhana dalam hati dan pikiran bahkan tindakan; untuk tetap memberikan rasa keadilan, kedamaian, kebersaudaraan, dan kepedulian terhadap sesama.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 April 2017, di halaman 6 dengan judul "Pesan Kemanusiaan dari Vatikan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar