Dalam berita Kompas edisi 12 Agustus, "Korupsi KBRI Malaysia, WNA Negara Bermasalah Diberi Visa", antara lain disebutkan bahwa "Atase Kedutaan Besar RI di Malaysia, Dwi Widodo, didakwa menyalahgunakan kewenangannya dan seterusnya." Istilah atase perlu kiranya diberi penjelasan yang lengkap.
Dalam dunia diplomatik, istilah atase digunakan untuk dua kategori. Pertama, atase sebagai pangkat yang dimiliki seorang diplomat karier dari Kementerian Luar Negeri yang merupakan pangkat awal atau terendah.
Kedua, atase dalam pengertian sebutan untuk jabatan yang diberikan kepada seseorang (bisa dari TNI, Polri, atau aparatur sipil negara dari kementerian atau lembaga pemerintah non-kementerian tertentu) untuk melaksanakan tugas yang menjadi wewenang kementerian atau lembaga pemerintah non-kementerian yang ditempatkan/ditugaskan di perwakilan diplomatik tertentu. Dalam hal ini, sebutannya adalah atase teknis (Pasal 1 butir 11 dan 12 Keputusan Presiden RI Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan RI di Luar Negeri).
Penyebutan atase untuk pengertian kedua ini misalnya atase pertahanan, atase imigrasi, atase perdagangan, atase pendidikan, dan atase tenaga kerja.
Berita di Kompas tersebut perlu kiranya diluruskan karena tidak ada sebutan istilah atase KBRI di Malaysia. Yang ada adalah atase imigrasi mengingat hal ini menyangkut masalah pemberian visa di KBRI Kuala Lumpur, Malaysia. Maka, dalam pemberitaan kiranya lebih tepat disebut atase imigrasi KBRI Kuala Lumpur, Malaysia.
MUSTAKIM, JALAN PARA DUTA, PERUMAHAN PONDOK DUTA 1, DEPOK, JAWA BARAT
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas penjelasan yang Anda sampaikan.
Gangguan Bunyi di Jalan Naripan
Kami adalah tetangga bangunan Clicksquare di Jalan Naripan, Bandung, yang sejak enam bulan lalu sangat terganggu dengan kegiatan konser/panggung musik liar yang diadakan hampir setiap hari.
Kami katakan "liar" karena sudah mengabaikan aturan dan melanggar hak orang lain. Panggung tersebut berada di lantai atas, terbuka, di depan bangunan, dan menghadap Jalan Naripan.
Kekuatan pelantam bunyinya sangat besar. Durasinya dari siang sampai dengan pukul 23.00. Dekat dengan rumah ibadah. Dekat pula ke sekolah.
Pernah juga diadakan di sana acara menonton bareng sepak bola dari pukul satu dini hari hingga empat subuh dengan penonton ratusan orang. Jadilah area ini mirip stadion mini di tengah permukiman. Kami heran bagaimana perencana gedung mengabaikan dampak polusi suara tersebut.
Kami sudah berkali-kali sampaikan hal ini kepada manajemen gedung secara lisan. Juga aduan kepada pengurus RT, RW, wali kota, dan media. Tidak ada perubahan.
Patut diingat, Jalan Naripan sepanjang hari sangat sibuk. Tidaklah berlebihan jika kami yang tinggal di sini butuh ketenangan. Mohon agar wali kota atau pihak terkait bijaksana dan meninjau keberadaan panggung tersebut.
HECAWI, SUMUR BANDUNG, BANDUNG
Fasilitas Stasiun di Tanah Abang
Terobosan PT KAI untuk perkereta-apian selama ini patut diapresiasi yang jauh di atas ekspektasi kita. Kondisi stasiun, contohnya, semakin tertata, semakin bersih, dan semakin rapi. Fasilitas parkir kendaraan diperluas sehingga bisa menampung kendaraan lebih banyak lagi.
Stasiun Tanah Abang, misalnya, termasuk stasiun besar di Ibu Kota. Dari hari ke hari jumlah penumpang semakin banyak. Terakhir, telah dibangun jembatan penyeberangan orang yang sangat bagus. Penumpang tidak perlu lagi melintasi rel jika pindah jalur atau keluar stasiun. Pokoknya, keamanan terjamin.
Sebagai pengguna kereta rel listrik yang tergolong lanjut usia, saya mengusulkan agar dapat dibuat toilet di area kosong sebelum penumpang akan keluar ke arah Kota atau Roxy. Toilet yang ada sekarang di lantai dua kantor induk terlalu jauh, apalagi harus dicapai melalui tangga yang memberatkan penumpang lanjut usia seperti saya.
Terima kasih atas perhatian PT KAI yang bersedia mendengar kami.
HAPSORO SISWOPRANOTO, PERUMAHAN BUKIT NUSA INDAH, SERUA, CIPUTAT, TANGERANG SELATAN, BANTEN
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Agustus 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar