Pemerintah Baghdad pasti, seperti sudah diduga sejak semula, tidak akan membiarkan Kurdistan, daerah di Irak bagian utara yang kaya minyak itu, merdeka. Karena itu, pertama-tama Baghdad tidak mengakui referendum dan tentu tidak mengakui hasil referendum.
Setelah tidak mengakui referendum dan hasilnya, Pemerintah Baghdad mengancam akan mengisolasi Kurdistan. Kemarin, Otoritas Penerbangan Sipil Irak mengeluarkan surat yang ditujukan kepada maskapai penerbangan asing yang menjelaskan bahwa penerbangan internasional ke Erbil dan Sulaimaniyah (dua kota di Kurdistan) akan dibekukan.
Selama ini, Erbil dan Sulaimaniyah merupakan pintu gerbang masuk ke Kurdistan. Bahkan, Kurdistan yang memperoleh otonomi dari Baghdad memiliki kebijakan sendiri dalam hal visa dan keimigrasian. Akan tetapi, dengan keluarnya keputusan tersebut, akan tertutuplah Kurdistan dari dunia luar.
Itulah akibat pertama yang akan segera dirasakan rakyat Kurdistan setelah menggelar referendum untuk memisahkan diri dari Baghdad. Padahal, untuk mewujudkan hasil referendum tersebut, pertama-tama harus memperoleh pengakuan dan persetujuan dari Baghdad. Tanpa pengakuan dan persetujuan tersebut, hasil referendum itu tidak akan ada artinya dan kemerdekaan Kurdistan tetap akan merupakan mimpi.
Nasib Kurdistan sama seperti Kosovo yang ingin memisahkan diri dari Beograd (Serbia). Tidak hanya Beograd yang tidak mengakui pemisahan dan kemerdekaan Kosovo, tetapi bahkan PBB juga tidak mengakui. Nasib Kosovo berbeda dengan, misalnya, Montenegro yang mendapat pengakuan internasional, bahkan menjadi anggota terbaru Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Atau Timor Leste yang setelah referendum menikmati kemerdekaan lepas dari Indonesia dan diakui dunia internasional.
Memperhatikan keputusan Baghdad tersebut, terbayang sudah bahwa perjuangan rakyat Kurdistan untuk mewujudkan mimpi mereka memiliki negara yang bebas, merdeka, dan berdaulat akan berjalan panjang. Apakah yang akan dilakukan oleh Kurdistan menanggapi keputusan Baghdad itu? Jalan mana yang akan mereka tempuh. Kalau mereka mengambil jalan Kosovo, dengan mengangkat senjata, kiranya jalan tersebut justru akan semakin menjauhkan cita-cita mereka.
Kiranya, para pemimpin Kurdistan lebih bijaksana kalau mereka menempuh jalan damai: berunding dengan Baghdad untuk memperoleh pengakuan. Pengakuan dari Baghdad akan menjadi tiket bagi pengakuan dunia internasional meski jalan tersebut juga tidak mudah.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Jalan Panjang Rakyat Kurdistan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar