Suasana gembira di festival musik country di jalanan Las Vegas yang dihadiri ribuan penonton berubah menjadi teriakan mengenaskan ketika rentetan tembakan yang bertubi-tubi menghantam tubuh penonton, Minggu (1/10) malam waktu AS. Arena itu pun menjadi "ladang pembantaian".
Polisi berhasil menemukan sumber penembakan, yaitu dari lantai 32 hotel dan kasino Mandalay Bay yang letaknya berhadapan dengan arena festival musik. Penembaknya adalah Stephen Paddock (64), warga kulit putih AS yang ditemukan tewas di kamarnya, di tengah puluhan senjata api dan ribuan peluru tajam miliknya. Setidaknya, ia membawa 10 koper besar untuk menginap di hotel itu.
Apa yang melatarbelakangi tindakannya masih diselidiki karena sehari-hari Paddock dikenal sebagai pria yang perilakunya normal-normal saja. Kenyataan ini semakin membuat khawatir karena tak perlu harus teroris untuk melakukan tindakan biadab selama seseorang bisa memiliki akses bebas terhadap senjata api.
Hal itu kembali membawa kita pada perdebatan abadi di AS antara para pendukung kepemilikan senjata yang diusung kubu Republik dan kelompok pendukung pengetatan kepemilikan senjata yang diusung kubu Demokrat. Dari satu pemilu ke pemilu berikutnya, isu ini terus menjadi topik panas kampanye kandidat presiden.
Apakah tragedi penembakan di AS belum cukup untuk mengubah arah perdebatan menjadi tindakan nyata? Sejak tragedi penembakan di Columbine, Santa Monica, Chapel Hill, Charleston, Virginia Tech, dan masih banyak lagi, keprihatinan itu berhenti di tahap wacana, sampai kemudian terjadi kembali peristiwa serupa.
Data menunjukkan, korban tewas di AS karena senjata api pada 2016 mencapai 15.079 orang dan 11.652 orang di tahun ini. Setiap hari rata-rata 93 warga AS tewas karena senjata api.
Sampai kapan mayoritas rakyat AS akan menyatakan "cukup sudah" dan bertindak konkret? Misalnya dengan menyalurkan aspirasinya melalui kekuatan parlemen, dengan memilih anggota Kongres yang akan memperjuangkan pengetatan kepemilikan senjata.
Tentu langkah ini akan mendapat tentangan keras dari para pengusaha dan komunitas bisnis senjata, termasuk dari organisasi seperti National Rifle Association yang memiliki pengaruh dan dana besar untuk melobi pemerintah dan politisi.
Akan tetapi, pertanyaannya, mana yang akan lebih dibela, para pemilik senjata atau para pemilik nyawa yang tak berdosa? Ini akan menjadi pekerjaan rumah besar bagi rakyat dan Pemerintah AS.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Oktober 2017, di halaman 6 dengan judul "Tragedi dan Senjata Bebas".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar