Milisi bersenjata Dewan Transisi Selatan (STC) yang didukung Uni Emirat Arab (UEA) berhasil menguasai ibu kota sementara Yaman, Aden, setelah terlibat pertempuran dengan kelompok yang dipimpin Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi. Kelompok terakhir ini didukung penuh Arab Saudi, yang juga memimpin koalisi Arab menyerang milisi Houthi yang menggulingkan Hadi.

Wakil dari Arab Saudi dan UEA sudah bertemu untuk meredakan ketegangan di Aden. Mereka mengajak kedua pihak untuk fokus memerangi Houthi, tetapi belum berhasil. Kubu Hadi terkepung di Aden setelah baku tempat dengan STC.

Arab Saudi tetap kukuh mendukung Hadi, sementara UEA tetap mendukung kelompok STC pimpinan Gubernur Aden yang dipecat Hadi, Aidarous al-Zoubeidi. Sebagai presiden, Hadi telah memecat banyak pejabat yang didukung UEA, seperti Perdana Menteri Yaman Khaled Mahfoud Bahah dan Komandan Pengamanan Bandara Internasional Aden Letkol Saleh al-Omairi.

Perpecahan di tubuh pemerintahan Hadi akan menyulitkan koalisi memenangi peperangan melawan kelompok Houthi yang ditengarai mendapatkan dukungan dari Iran. Arab Saudi dan UEA merupakan anggota koalisi Arab yang bertujuan mengusir kelompok Houthi yang merebut San'a, ibu kota Yaman, sejak tahun 2015.

Pertempuran di Aden ini menunjukkan rapuhnya pemerintahan Presiden Hadi serta perbedaan agenda Arab Saudi dan UEA. STC berjuang untuk kembali menegakkan negara Yaman Selatan yang terhapus sejak Yaman bersatu di bawah Presiden Ali Abdullah Saleh di tahun 1990.

Perbedaan ini, dan kuatnya kelompok Houthi, juga menunjukkan perang telah menghancurkan negara di selatan jazirah Arab ini. Realitas lokal yang cukup kompleks membuat perdamaian di Yaman sulit diharapkan datang dalam waktu dekat. Bahkan, kemungkinan Yaman kembali terpecah dua sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Houthi yang menguasai wilayah bagian utara, dan STC yang ingin mendirikan negara di wilayah selatan, agaknya akan sulit terbendung. "Warga di selatan punya hak untuk mendirikan negara jika masyarakat internasional siap untuk mengakuinya," ujar Zoubeidi.

Meski petanya rumit, Arab Saudi dan UEA sama-sama tak mau kehilangan muka dalam mendukung kelompok yang selama ini memerangi Houthi. Arab terus berupaya hanya ada satu Yaman untuk memudahkan kontrol terhadap tetangganya di selatan.