Konflik serumit apa pun harus ada upaya menyelesaikannya. Setelah beberapa kali gagal, upaya mencari solusi damai di Yaman kembali digulirkan PBB.

Setelah sekitar 3,5 bulan ditunjuk menjadi Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mulai bekerja mengupayakan kembali jalan damai di Yaman. Proposalnya belum secara resmi diumumkan, tetapi drafnya sudah dilansir kantor berita Reuters dan diberitakan harian ini, Jumat (8/6/2018).

Disebut "mengupayakan kembali" karena telah beberapa kali upaya mendamaikan pihak-pihak yang bertikai di Yaman ditempuh. Setidaknya sudah tiga kali upaya damai di negara paling miskin di Jazirah Arab itu dilakukan, yakni dua kali di Geneva, Swiss, Juni dan Desember 2015; serta satu kali di Kuwait, April 2016. Semuanya disponsori PBB dan semuanya belum berhasil.

Perundingan terakhir di Kuwait bahkan sampai ditangguhkan empat kali karena sulitnya mencari titik temu di antara pihak- pihak yang bersengketa. Sepanjang 2017, tidak ada prakarsa damai di Yaman. Sampai ada yang mengatakan, krisis akibat konflik di negeri itu merupakan krisis yang terlupakan.

Meski belum serumit konflik di Suriah, yang telah melibatkan aktor-aktor di kawasan dan dua kekuatan besar dunia (AS-Rusia), konflik di Yaman tak kalah kusutnya. Dimulai tahun 2014 ketika milisi Houthi menguasai ibu kota Sana'a hingga Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi mengungsi ke Arab Saudi, konflik di negeri itu tak hanya menghadapkan Houthi dan loyalis Hadi.

Di balik konflik mereka tersaji pertarungan dua kekuatan besar di kawasan: Iran versus Arab Saudi. Milisi Houthi didukung Iran, sedangkan pemerintahan Hadi ditopang koalisi Arab pimpinan Arab Saudi. Konflik kian runyam ketika, awal tahun ini, koalisi Arab pun pecah. Kelompok Perlawanan Selatan (SRF) dukungan Uni Emirat Arab—negara anggota koalisi Arab—mengancam menggulingkan pemerintahan Hadi dukungan Arab Saudi.

Ini belum termasuk keberadaan kelompok-kelompok ekstrem, seperti Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dan milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang terus mengintai serta siap memetik keuntungan dari keruwetan konflik di Yaman.

Bagaimana mengurai konflik serumit itu dan menemukan jalan damai yang bisa diterima, setidaknya oleh kubu Houthi dan pemerintahan Hadi? "Proses-proses damai tidak selalu berupa prosedur-prosedur yang dirancang sempurna; ide-ide kreatif untuk perdamaian sering muncul dari cara-cara yang tidak terduga," tulis Griffiths, yang juga diplomat asal Inggris itu, dalam salah satu kolomnya di laman Al Jazeera, 11 Agustus 2016.

Inti solusi damai yang ditawarkan Griffiths tiga hal: gencatan senjata secara menyeluruh di Yaman; penyerahan semua jenis senjata, termasuk rudal balistik milik Houthi; serta pembentukan pemerintahan transisi yang melibatkan Houthi dan kubu Mansour Hadi. Rancangan itu akan jadi pijakan perundingan kedua pihak, pertengahan Juni ini, atau seusai Idul Fitri.