Dari Moskwa, saya mendarat di Terminal 3 Soekarno-Hatta pada 29 Juni 2018 malam. Berharap kemegahan terminal ini setara dengan bandara internasional bagus di luar negeri, tetapi kebanggaan saya pupus melihat lampu koridor kedatangan kurang terang. Tersua bayang-bayang setengah gelap yang menandakan penerangan tidak sesuai dengan standar.
Kekecewaan saya bertambah ketika keluar dari terminal untuk mendapatkan taksi: beberapa lampu dibiarkan tidak menyala. Kiranya keluhan ini jadi masukan bagi Direktur Utama Angkasa Pura II mengingat perusahaan ini selalu mendengung-dengungkan akan membangun Bandara Soekarno-Hatta yang berkelas dunia.
Kami juga berharap Menteri BUMN selaku pembina dan pengawas bandara yang dikelola Angkasa Pura selalu mengevaluasi dan mengarahkan bandara di Indonesia yang sedang banyak dibangun dengan biaya tak sedikit. Selalulah melayani masyarakat dengan jasa terbaik. Apalagi, Terminal 3 itu dibangun dengan dana Rp 7,5 triliun.
Sebentar lagi Asian Games 2018 dimulai. Bandara Soekarno-Hatta adalah kesan pertama yang mendalam bagi semua tamu dari mancanegara di Asia itu. Mampukah kita menunjukkan bangsa yang membangun dan memelihara infrastruktur dengan standar internasional?
Syaiful Rachman
Jalan Kelapa Hibrida, Pondok Kelapa,
Duren Sawit, Jakarta Timur
Penjelasan "Piye Le…"
Redaksi Kompas Yth, saya mengirim artikel sepanjang 828 kata (sekitar 6.000 karakter) pada 23 Juli 2018 dengan judul "Piye Le, Enak Zamanku?"
Tulisan ini dimuat pada tanggal 28 Juli, tetapi yang mengejutkan saya adalah artikel ini menjadi sangat pendek dan dimuat sebagai "surat pembaca".
Sebenarnya, pada subyek e-mail saya mencantumkan bahwa yang saya kirim adalah artikel. Begitu juga pada penjelasan di badan e-mail.
Saya menyesalkan hal ini karena Kompas memuat tulisan saya pada rubrik yang berbeda tanpa izin sehingga argumen intinya menjadi hilang.
Soe Tjen Marching
Departemen Studi Asia Tenggara di SOAS University of London
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas penjelasan yang Anda sampaikan. Kami mohon maaf atas hal ini. Kesalahan teknis ada pada Redaksi.
Pokok Berubah
Saya nasabah Bank Mega cabang Banjarmasin sejak 2008. Saya mengajukan pinjaman untuk modal kerja dalam jangka waktu 10 tahun. Saat akad kredit, Bank Mega memberikan jadwal pembayaran pokok, bunga, dan sisa kredit.
Setelah beberapa tahun berjalan, pokok pinjaman tiba-tiba berubah. Misalnya, Mei 2018. Yang tertera di jadwal jumlah pinjaman Rp 27.000.000. Namun, yang ditagihkan untuk dibayar Rp 49.000.000.
Ketika saya konfirmasi ke pihak Bank Mega, jawabannya itu sesuai sistem di Bank Mega. Pihak bank juga terkesan lambat, seolah-olah itu adalah hal biasa. Mengapa perubahan itu dianggap sesuai sistem?
Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran, apalagi seharusnya sisa kredit sudah semakin sedikit dan berakhir 2018.
Mohon penjelasan dari pihak Bank Mega atas masalah itu.
Dr Hartono Tengguno
Jl Musyawarah, Kandangan,
Kalimantan Selatan
Servis "Drone"
Saya tertarik memakai drone meskipun masih awam dengan alat itu. Maka saya pun membeli drone DJI Spark. Namun, belum berapa lama saya gunakan, DJI Spark saya bermasalah karena tidak terbaca wifi-nya.
Tanggal 5 Mei 2018—masih dalam masa garansi—saya menyervis drone DJI Spark saya di Service Center TAM (PT Teletama Artha Mandiri, Erajaya Group) sebagai penjual dan distributor resmi DJI.
Petugas servis menjanjikan, saya akan dikabari dalam 2 pekan. Namun, karena tidak ada kabar, 3 minggu kemudian saya e-mail ke petugas tersebut, jawabannya unit belum selesai.
Tiap dua pekan saya menanyakan drone saya, tetapi sampai saat ini, sudah lebih dari 2,5 bulan, jawabannya adalah, "Unit belum bisa diambil."
Muhammad Yamin
Jl Sawo, Pasar Rebo, Jakarta Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar