Ratna, oh Ratna! Terima kasih, terima kasih! Di saat bangsa Indonesia diliputi rasa ngeri atas ledakan kemarahan alam di Palu dan Donggala, di tengah-tengah memuncaknya ketegangan pemilihan presiden dan pemilu beberapa bulan lagi, Ratna Sarumpaet bersedia membuat bangsa Indonesia tersenyum rileks gembira, barangkali juga sedikit nakal.
Dipukul apa tidak?
Operasi kecantikan: wow? Lalu wajah serius Pak Prabowo Subianto dan senyuman manis asisten beliau, Pak Fadli Zon. Teka-teki tentang apa yang sebenarnya terjadi? Harapan akan suatu hoaks yang menyenangkan: bangsa Indonesia memerlukan satu-dua hari opera slapstick di antara ketegangan dan keseriusan yang menjadi makanannya sehari-hari.
Sebenarnya kok tak masalah Mbak Ratna mau sedikit mempercantik diri di hari tua. Saya saja sebenarnya ingin, hanya belum ada waktu (dan duit). Saya enggak mengerti, keluarga kok begitu menakutkan sehingga Mbak Ratna merasa perlu menyembunyikan operasi kecantikan. Keberatan apa keluarga dengan Mbak Ratna menjaga penampilannya di hari tua?
Tetapi ya sudah. Mbak Ratna memilih sedikit hoaks tentang dirinya sendiri. Menurut saya, sebenarnya tak apalah itu. Hanyalah, yang sering membuat masalah adalah konteksnya.
Lain kali, sebaiknya konsultasi dulu dengan seorang sahabat mengenai rencana hoaks. Saya saja heran membaca di salah satu Whatsapp bahwa Ratna dipukul babak belur di dalam mobil. Waktu itu saya sudah merasa, memukul di dalam kesempitan suatu mobil kok susah, lebih efektif tunggu sampai orangnya ke luar mobil, baru pukul.
Tetapi yang gawat-menyenangkan memang konteks lain: Mbak Ratna adalah anggota tim sukses pemilihan presiden (pilpres) bagi Pak Prabowo Subianto dan Pak Sandiaga S Uno.
Begitu kedengaran Mbak Ratna dikerjai orang, tentu yang dipikirkan adalah, itu mesti ada kaitan dengan Mbak Ratna membantu Pak Prabowo. Jadi mesti dari lawan Pak Prabowo. Dari orang yang benci-marah karena Mbak Ratna mendukung Prabowo. Jadi serius itu!
Kampanye beradab
Jelas juga, begitu berita pemukulan itu muncul, Pak Prabowo tak bisa tidak muncul juga. Harus berdiri di samping pendukungnya yang setia itu. Begitu juga Fadli Zon.
Lebih dari itu. Kalau benar ada orang dipukul atau dikerasi karena menjadi anggota tim pembantu Prabowo, atau tim sukses Presiden Joko Widodo, itu memang serius. Yang membesarkan hati, dalam suasana pemanasan situasi pra-pilpres sampai sekarang adalah bahwa kompetisi dan ketegangan kampanye—masih!— berlangsung dalam suasana beradab, ya seperti seharusnya suatu kompetisi demokratis.
Kalau lalu ada kekerasan, itu tidak boleh dibiarkan, itu perlu ditindak. Reaksi tim Prabowo atas berita bahwa Mbak Ratna dihajar—dan kita melihat muka Mbak Ratna yang memang, maaf ya Mbak, cukup mengerikan—sudah tepat. Itu tidak dapat dibiarkan saja. Kita menginginkan kampanye yang bersih, beradab, tanpa kekerasan, obyektif, berfokus pada kemajuan bangsa. Menghajar orang seperti Mbak Ratna tidak boleh dianggap sepi.
Lha, belakangan Mbak Ratna sadar juga bahwa ia kurang memperhatikan implikasi suatu hoaks kecil (yang di luar konteks pilpres yang mendekat sebenarnya tak apa-apa). Tim Prabowo seperti kecipratan juga (padahal reaksi mereka ya sudah semestinya). Sekarang Ratna Sarumpaet malah harus keluar dari tim sukses (ya, memang, tidak sukseslah hoaks itu).
Akhirnya, Mbak Ratna, tidak perlu Anda terlalu menyesal! Belum ada yang rugi serius. Apa Pak Prabowo akan berhasil menjadi presiden di 2019 atau tidak, tidak akan terpengaruh oleh operasi kecantikan Mbak Ratna.
Dan Mbak Ratna membuat bangsa Indonesia sebentar terangkat dari segala macam ketegangan yang senantiasa, apalagi di saat ini, meliputinya. You gave us all a healthy laugh! Harapan saya ada dua. Pertama, semoga Mbak Ratna tidak kehilangan semangatnya. Kita masih perlu semangat garang-keras khas Sumatera Utara dari Mbak Ratna. Yang kedua, semoga operasi kecantikan Mbak Ratna berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar