DIDIE SW

Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas.

Dua pendiri dan pimpinan puncak Instagram, media sosial tempat berbagi foto yang diakuisisi Facebook tahun 2012, Kevin Systrom dan Mike Krieger, mengundurkan diri pekan lalu. Keduanya merasa pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, terlalu ikut campur dalam urusan pengelolaan Instagram. Keributan di internal Facebook ini masih membuat tanda tanya banyak kalangan. Ada apa dengan Facebook?

Keributan yang sama juga terjadi di perusahaan yang dimiliki Facebook lainnya, yaitu WhatsApp. Rekan pendiri media sosial itu juga tak sepakat dengan kebijakan privasi dan pertukaran data dari Facebook. Keributan seperti ini adalah hal biasa di dalam perusahaan. Ada ketidakcocokan dan juga perselisihan di dalam perusahaan kerap terjadi. Akan tetapi, apakah ini hanya sekadar masalah itu?

GETTY IMAGES NORTH AMERICA /AFP/PAUL ZIMMERMAN

Dua pendiri Instagram, Kevin Systrom (kiri) dan Mike Krieger, ketika menghadiri 16th Annual Webby Awards di Hammerstein Ballroom, New York City, pada tahun 2012. Keduanya menyatakan mundur dari Instagram mulai pekan ini. Mereka diketahui berselisih dengan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, yang menurut mereka terlalu ikut campur dalam keputusan bisnis Instagram.

Facebook tengah mengalami banyak masalah dari mulai skandal Cambridge Analytica, tuduhan menjadi media sosial yang berisi konten-konten yang menyebabkan kerusuhan di berbagai negara, hingga terakhir pembajakan data milik 50 juta akun. Mereka didera berbagai masalah yang tak jarang memunculkan gugatan hukum karena beberapa kalangan mengaku dirugikan menyusul beberapa unggahan di media sosial itu.

Secara makro, pengguna Facebook juga mengalami penurunan di beberapa kawasan. Beberapa waktu lalu, Rabu, pasar finansial dikejutkan dengan penurunan saham Facebook hingga 24 persen di pasar saham Wall Street. Para pemilik saham perusahaan teknologi digital kehilangan nilai pasar hampir 130 miliar dollar AS atau setara dengan kapitalisasi pasar IBM.

Pendapatan triwulan kedua dan margin operasi Facebook di bawah prediksi. Pendapatan diperkirakan 13,36 miliar dollar AS, tetapi ternyata hanya 13,23 miliar dollar AS. Pendapatan iklan diestimasikan 13,16 miliar dollar AS, tetapi ternyata hanya 13,04 miliar dollar AS. Margin operasi dari sekitar 44 persen turun menjadi sekitar 30 persen. Akibatnya, harga saham Facebook tersebut turun dari 214 dollar AS menjadi sekitar 170 dollar AS per saham.

AFP/DANIEL LEAL-OLIVAS

Laptop yang menunjukkan logo Facebook diletakkan di depan tanda penunjuk kantor Cambridge Analytica di luar gedung kantor perusahaan tersebut di London, Inggris, 21 Maret 2018.

Dampak pengetatan privasi data, pengguna aktif  harian (DAU) Facebook di Eropa mengalami penurunan, dari 282 juta pengguna menjadi 279 juta pengguna. Mereka juga gagal menaikkan jumlah pengguna aktif di beberapa tempat, seperti di Amerika Utara. Analis menyebutkan, di Amerika Utara, mereka diprediksi bisa menaikkan penggunaan hingga 185,4 juta pengguna, tetapi ternyata hanya tetap pada angka 184 juta pengguna.

Secara global, angka DAU mengalami kenaikan dari 1,45 miliar pengguna menjadi 1,47 miliar pengguna, tetapi ternyata angka itu masih jauh dari prediksi pasar, yaitu 1,49 miliar pengguna.  Setelah pengetatan aturan privasi data, Facebook mengakui aturan itu berdampak kepada mereka. Mereka harus menyesuaikan kebijakan privasi yang selama ini dijalankan.

Oleh karena itu, sangat wajar apabila pemilik Facebook mulai memikirkan bisnis masa depannya. Instagram dinilai bisa makin berkembang dengan pengguna yang berumur lebih muda dibandingkan Facebook. Keributan terjadi karena persoalan ini.

Pelajaran bagi kita betapa disrupsi model bisnis berjalan sangat cepat dan dalam jangka yang pendek. Facebook yang baru berumur 14 tahun telah terengah-engah dan harus mencari inisiatif baru.

Di kalangan pebisnis, ketika ada indikasi bisnis lama mulai menurun, mereka harus secepatnya mencari kendaraan baru untuk bisnis. Mereka harus berputar haluan dengan mencari model bisnis baru. Oleh karena itu, sangat wajar apabila Facebook mulai mengelola bisnis masa depannya antara lain bersandar pada Instagram dan WhatsApp.

REUTERS/ERIC THAYER/FILE PHOTO

Layar menunjukkan nama Facebook sebagai salah satu perusahaan terdaftar di Indeks Saham NASDAQ di New York, Amerika Serikat, Senin (4/7/2018).

Dalam konteks itu, kemungkinan ada perselisihan antara Mark dan pengelola Instagram dan WhatsApp. Mark mempunyai berbagai ide yang mungkin tidak diterima para pengelola. Para pengelola yang kebetulan adalah pemilik lama media sosial itu merasa tidak cocok atau tidak satu visi dengan Mark.

Ambil saja semisal soal pengelolaan iklan di WhatsApp. Pemilik lama mungkin melihat tidak mungkin media sosial ini ditimpa dengan berbagai iklan yang malah akan mengurangi pengguna, sebaliknya Mark mungkin ingin menambang duit dari media sosial ini.

Facebook telah menunjuk pengelola Instagram yang baru. Dari penjelasan yang ada, mereka tampaknya memang ingin antara Facebook dan Instagram sejalan. Mereka ingin melalukan pengelolaan langsung dan mengintegrasikan Instagram dengan produk-produk Facebook.

FUSTIN SULLIVAN / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP

Seorang pengunjung mengabadikan logo Instagram di kantor Facebook pada tahun 2013. Dua pendiri Instagram mundur pekan ini karena diduga tidak bersepakat dengan para pemimpin Facebook sebagai perusahaan induk layanan itu, terutama terkait otonomi Instagram.

Beberapa waktu lalu Facebook sepertinya tidak nyaman dengan kehadiran IGTV yang menggerus bisnis Facebook di video. Pemilihan pengelola Instagram yang baru juga diharapkan mewakili "mata" Facebook di Instagram.

Pelajaran bagi kita betapa disrupsi model bisnis berjalan sangat cepat dan dalam jangka waktu yang pendek. Facebook yang baru berumur 14 tahun telah terengah-engah dan harus mencari inisiatif baru. Mereka yang bergerak di bidang bisnis memang tidak bisa lagi duduk tenang menangguk uang karena ancaman baru terus bermunculan, baik dari kompetitor maupun dari pendatang baru, dengan model bisnis yang baru.

 Kompas, 3 Oktober 2018