REUTERS/STRINGER

Anggota pasukan Iran mengacungkan jari yang membentuk isyarat tanda kemenangan setelah mereka merebut Kota Rawa, kota terakhir yang dikuasai milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), Irak, Jumat (17/11/2017).

Serangan rudal Iran ke Suriah timur tak hanya untuk menarget kelompok militan. Aksi itu sekaligus sebagai unjuk kekuatan Iran di depan rival di kawasan.

Pesan tak terucap itu dapat diketahui dari cara bagaimana penembakan rudal balistik diberitakan ke dunia luar. Pernyataan resmi Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menyebutkan, serangan itu merupakan balasan atas kejahatan teroris yang terlibat dalam penembakan di tengah para militer Iran di Ahvaz, sekitar 800 kilometer tenggara Teheran, 22 September lalu. Saat itu, sedikitnya 25 orang tewas, termasuk 12 anggota IRGC.

Kantor berita resmi Iran, IRNA, menyatakan bahwa IRGC menembakkan enam rudal balistik dari wilayah Iran barat, meluncur sejauh 570 kilometer, dan menyasar target teroris di Suriah timur. Selain itu, tujuh pesawat tanpa awak juga dikerahkan menggempur sasaran.

Terkait serangan tersebut, pernyataan resmi IRGC menyebutkan tindakan itu tidak lebih dari sebagai "respons tegas atas kejahatan apa pun" dan "keamanan rakyat Iran adalah garis merah Angkatan Bersenjata". Namun, bagaimana penembakan rudal itu diberitakan—oleh media resmi pemerintah ataupun media lain di Iran—memperlihatkan pesan yang tak terucap dari serangan berkode sandi "Pukulan Muharam" itu.

Dalam tayangan televisi, salah satu dari rudal Zolfaqar dan Qiam itu, misalnya, diperlihatkan rudal bertuliskan slogan-slogan "Matilah Amerika", "Matilah Israel", dan "Matilah Al-Saud" dalam bahasa Persia. Seperti diberitakan harian ini, Selasa (2/10/2018), penyiar televisi Iran menggarisbawahi pesan dari slogan itu dengan narasi, "Dalam beberapa menit, pihak-pihak yang sombong, khususnya Amerika Serikat, rezim Zionis (Israel) dan Al-Saud, akan mendengar suara ledakan Iran".

Kantor berita Fars, yang dekat dengan IRGC, memberitakan, rudal Zolfaqar dan Qiam berjangkauan tembak secara berurutan 750 kilometer dan 800 kilometer. Rudal tersebut bisa mencapai target di negara rival Iran di kawasan, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan pangkalan militer AS. Israel—rival abadi lain Iran di kawasan—memang tak bisa dijangkau dua rudal itu.

Namun, Teheran punya rudal balistik Shahab 3 berjangkauan tembak hingga 2.000 kilometer. Israel dan semua kota di Arab Saudi berada dalam jangkauan tembak rudal itu. Wakil Komandan IRGC untuk Koordinasi Laksamana Muda Ali Fadavi dalam wawancara dengan koran Vatan Emrouz yang dikutip Fars, hari Minggu lalu, menyatakan bahwa rudal-rudal itu menjadi komponen kekuatan Iran.

Kita, meski jauh dari pusat ketegangan di Timur Tengah, tidak ingin ada eskalasi ketegangan di kawasan itu. Namun, tidak bisa dimungkiri, ketegangan akibat konflik yang belum terselesaikan di Suriah dan Yaman bertambah sejak AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015. Keputusan Trump itu berlanjut dengan penerapan sanksi baru bagi Iran. Situasi yang dinilai banyak pengamat hanya akan memberi momentum bagi kelompok garis keras di Iran untuk mengendalikan sikap Teheran.


Kompas, 3 Oktober 2018