Seperti diberitakan, Khashoggi hilang secara misterius setelah memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul untuk mengurus surat terkait rencana pernikahannya dengan perempuan Turki, Hatice, 2 Oktober lalu. Pihak konsulat bersikukuh, Khashoggi telah meninggalkan kantor mereka.

Namun, Hatice yang menunggu di luar konsulat—karena tak diperbolehkan masuk saat mengantar Khashoggi—mengaku tidak melihat Khashoggi keluar. Juru bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menyatakan, Pemerintah Turki meyakini Khashoggi masih berada di dalam kantor konsulat.

Informasi mana yang benar? Di mana Khashoggi sekarang? Itu pertanyaan banyak kalangan saat ini. Hingga ia ditemukan dan mengungkapkan apa yang dialaminya setelah masuk Konsulat Arab Saudi, sulit memastikan jawaban atas pertanyaan itu.

Meski demikian, latar belakang Khashoggi dan persoalannya dengan Pemerintah Arab Saudi mungkin bisa memberi konteks dalam misteri hilangnya wartawan veteran berusia 59 tahun itu. Selama ini, antara lain melalui tulisan-tulisan di kolom tetap di harian Amerika Serikat, The Washington Post, Khashoggi dikenal wartawan yang sangat kritis dan anti terhadap Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, pemimpin de facto di Saudi.

Banyak kebijakan Pemerintah Arab Saudi menjadi sasaran kritiknya, semisal keterlibatan Riyadh dalam perang di Yaman, konflik Arab Saudi dengan banyak negara, seperti Qatar, Turki, Jerman, Iran, dan Kanada. Penangkapan para aktivis hak-hak perempuan di Arab Saudi juga tak luput dari kritik Khashoggi.
Gara-gara sikap kritisnya, tahun 2003 ia dicopot sebagai editor koran Al Watan karena menurunkan artikel-artikel yang mengkritik elite konservatif keagamaan di negerinya. Sejak September 2017, setelah Pangeran Mohammed dinobatkan jadi putra mahkota, Khashoggi tinggal di Amerika Serikat. Ia khawatir, dengan sikap kritisnya, bisa sewaktu-waktu ditangkap otoritas Saudi.

Kasus hilangnya Khashoggi mengundang keprihatinan banyak kalangan sekaligus menjadi noktah hitam dan ironi di tengah perubahan dan keterbukaan yang diembuskan Pangeran Mohammed sejak April 2016 melalui Visi 2030. Dunia memberi aplaus saat, dengan Visi 2030, Pangeran Mohammed menggulirkan reformasi di negaranya melalui serangkaian perubahan, seperti pemberian izin bagi perempuan menyetir kendaraan dan mengakses tempat-tempat publik, pemberian izin pada bioskop dan pertunjukan musik, serta kebijakan-kebijakan lainnya.