ARSIP PRIBADI

DR SAMSURIDJAL DJAUZI

 

Teknologi informasi atau TI berkembang pesat. Kini banyak hal dapat kita lakukan dengan telepon genggam kita. Perkembangan ini memengaruhi berbagai bidang, tak terkecuali layanan kesehatan.

Saya penderita diabetes dan telah sepuluh tahun ini menjadi pelanggan rumah sakit. Saya pensiunan guru berumur 68 tahun yang setiap bulan berobat jalan di rumah sakit dan pernah menjalani rawat inap karena gula darah saya terlalu tinggi.

Meskipun tahu bahwa untuk mengendalikan gula darah saya harus mengatur makanan, berolahraga, serta minum obat penurun gula secara teratur, acap kali saya lepas kendali.

Misalnya, saya makan dengan porsi lebih dari biasa, malas berolahraga, dan sering lupa minum obat gula. Sekarang saya memeriksa gula darah dengan alat pemeriksa gula darah mandiri. Ini cukup menolong karena saya dapat mengetahui gula darah saya tanpa perlu kontrol ke rumah sakit.

Karena kolesterol saya juga tinggi, sekarang alat pemeriksaan laboratorium mandiri saya juga disertai pemeriksaan kolesterol. Saya pun sudah lama punya alat pengukur tekanan darah meski tekanan darah masih tergolong normal.

Saya juga punya alat penimbang berat badan dan pengukur lingkar perut. Sekarang saya lebih mudah membuat janji konsultasi dengan dokter, sebelumnya saya mengirim pesan melalui pesan singkat seluler (SMS) atau Whatsapp dilengkapi identitas dan nomor peserta rumah sakit.

Saya akan mendapat balasan pukul berapa saya harus bertemu dokter. Saya juga dapat mencetak sendiri hasil laboratorium yang diperiksa di rumah sakit.

Catatan medis yang harus diisi dokter sekarang juga sudah dikomputerisasi. Bahkan, untuk mengambil obat di apotek rumah sakit sudah dengan resep elektronik. Pembayaran pun lebih mudah, dengan uang kontan atau kartu debit.

Memang jika menggunakan layanan BPJS harus ada prosedur administrasi yang dijalani dan memerlukan banyak fotokopi. Biaya fotokopi harus dibayar sendiri oleh pasien dan biaya fotokopi di rumah sakit lebih mahal daripada di luar.

Saya juga membiasakan diri merekam kemajuan kesehatan saya, baik berat badan, tekanan darah, atau laboratorium secara berkala. Juga gambar radiologi saya foto dengan telepon seluler saya.

Meski semua sudah semakin mudah berkat kemajuan teknologi, sikap dokter menurut saya masih amat penting. Dokter yang ramah dan bersahabat amat didambakan pasien.

Pertanyaan saya adalah, menurut Dokter, sejauh mana kemajuan teknologi akan memengaruhi layanan kesehatan? Apakah benar sebagian besar pekerjaan dokter akan dapat dikerjakan oleh robot atau mesin artificial intelligence? Apakah hubungan komunikasi dokter-pasien akan terganggu dengan kehadiran teknologi ini?

M di J

Memang teknologi informasi berkembang amat cepat. Dua puluh tahun yang lalu jika kita mengumpulkan mesin tik, video player, kamera, radio, kalkulator, jam dan Global Positioning System atau GPS, apalagi perpustakaan, mungkin kamar kita akan penuh.

Namun, semua fungsi tersebut sekarang ada dalam genggaman kita, dalam telepon genggam. Jadi bendanya tak ada, tetapi fungsinya tetap ada, mudah dibawa-bawa, dan harganya murah.

Peter Diamandis, pakar kemajuan teknologi informasi, berpendapat, kemajuan itu akan terus berjalan dan semakin cepat. Bahkan pada tahun 2030, sekitar 11 tahun lagi, dunia akan amat berubah.

Perubahan tersebut akan memungkinkan produksi pangan melimpah sehingga mencukupi untuk seluruh penduduk Bumi. Komunikasi semakin mudah dan murah dan dapat dinikmati oleh semua golongan.

Usia harapan hidup manusia bertambah panjang. Penyakit semakin cepat didiagnosis, pengobatan lebih personal dan lebih akurat. Dia menyebut dunia kan memasuki masa abundance, melimpah.

Rupanya dia optimistis masyarakat akan makin sejahtera asalkan kita menghilangkan sifat serakah, mengubah sikap kompetisi, bertengkar menjadi kolaborasi.

Dunia menjadi damai berkat dukungan berbagai pihak. Mudah-mudahan ramalan Peter Diamandis menjadi kenyataan sehingga anak cucu kita dapat menikmati kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana pengaruh teknologi terhadap kesehatan? Kita berharap usia harapan hidup meningkat, penyakit menular dapat dikendalikan, penyakit yang selama ini belum ada obatnya dapat dicarikan cara penyembuhannya. Banyak orang mengeluh alat kedokteran semakin mahal.

Memang alat kedokteran seperti CT Scan, MRI, dan Pet Scan harganya miliaran rupiah. Alat laboratorium juga banyak yang mahal. Namun, di masa depan fungsi alat-alat itu akan dapat digantikan oleh alat yang sederhana dan jauh lebih murah.

Di kalangan kedokteran dikenal pemeriksaan laboratorium point of care, yaitu pemeriksaan laboratorium yang dapat dilaksanakan dengan alat lebih sederhana, lebih murah, dan dapat dioperasikan oleh mereka yang mendapat pelatihan sederhana.

Bahkan, alat tersebut dapat dioperasikan tanpa dukungan listrik. Alat seperti ini tentu bermanfaat untuk saudara kita yang berdiam di daerah terpencil atau pulau-pulau kecil.

Tindakan endoskopi sudah lama dikenal di negeri kita. Jika dokter ingin melihat kelainan yang ada di lambung dan usus kecil, dia memasukkan alat berupa kamera ke dalam lambung dan usus dan dapat melihat permukaan lambung dan usus.

Jika perlu, dilakukan pengambilan sedikit jaringan (biopsi) untuk mempertajam diagnosis. Semula tindakan ini ditujukan untuk membantu diagnosis, tetapi sekarang telah berkembang menjadi tindakan terapi juga. Misalnya, jika ada batu empedu, batu empedu itu dapat dijaring dan dikeluarkan melalui tindakan endoskopi ini.

Selain itu, telemedicine, yaitu layanan kedokteran jarak jauh, juga akan makin maju. Seorang dokter yang bertugas di daerah terpencil dapat didukung oleh seniornya di kota besar dengan bantuan teknologi informasi.

Sang dokter di daerah terpencil dapat mengirimkan pesan, gambar, bahkan video kepada seniornya untuk meminta pendapat mengenai pasiennya. Dokter senior di kota dapat memberikan konsultasi tentang apa yang dapat dilakukan untuk penyembuhan pasien.

Sekarang dikenal pula tindakan robotic surgery, yaitu operasi dengan bantuan robot. Dokter bedah dapat dibantu oleh robot untuk membedah, menjahit, dan sebagainya. Bantuan robot ini memudahkan terutama jika melakukan operasi kebidanan, saluran kencing (urologi), dan lain-lain.

Sekarang operasi dengan bantuan robot ini masih dilakukan secara langsung, tetapi terbuka kemungkinan operasi dilakukan secara jarak jauh. Jadi, dokter bedahnya bisa berada di kota lain dan pasien dioperasi dengan bantuan dokter pembantu dan robot dipandu oleh dokter bedah melalui teknologi informasi.

Kemajuan teknologi informasi dapat kita manfaatkan untuk membantu tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan, tetapi bukan untuk menggantikan tenaga kesehatan.

Hubungan dokter dan pasien akan tetap penting dan tidak begitu saja dapat digantikan oleh teknologi. Hubungan dokter-pasien ini menyangkut juga hubungan emosional. Dokter harus mempunyai empati serta terampil berkomunikasi dengan pasien.

Dokter diharapkan dapat menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi pasien dan mendampingi pasien dengan menemukan diagnosis, mengobati, dan memulihkan kesehatannya.