Ayah saya (63 tahun) menderita darah tinggi sejak 10 tahun lalu. Ayah mula-mula cukup patuh minum obat darah tingginya, tetapi kemudian menghentikan obat tersebut dan hanya minum obat herbal. Dia juga malas ke dokter, tetapi saya mendesak terus sehingga kemudian bersedia ke dokter. Ketika berkonsultasi dengan dokter, diketahui tekanan darah masih tinggi dan dokter memberikan penjelasan tentang bahaya tekanan darah yang tak terkendali.
Menurut dokter, tekanan darah yang tinggi dalam jangka lama berpotensi menimbulkan stroke, pembengkakan jantung, penyakit jantung koroner, kelainan pada mata, serta penurunan fungsi ginjal. Akhirnya saya mendesak ayah agar bersedia melakukan pemeriksaan lengkap dan ternyata ayah mengalami gangguan fungsi ginjal. Hasil ureum dan kreatininnya meningkat dan pemeriksaan eGFR yang seharusnya di atas 90 hanya 32.
Ayah mulai menyadari akibat tekanan darah yang tak diobati dengan benar. Dokter kemudian memberikan obat untuk menurunkan darah tinggi, tetapi juga yang berpengaruh baik terhadap ginjal. Selama tiga tahun, fungsi ginjal ayah menurun lagi tetapi lambat. Namun, bulan lalu dokter mengatakan, ayah sudah masuk gagal ginjal terminal dan sudah memerlukan hemodialisis. Kami semua khawatir, tetapi tidak ada jalan lain, maka keluarga setuju. Ibu yang semula ragu akhirnya menyetujui.
Sebagai peserta BPJS, ayah mendapat pembiayaan untuk prosedur hemodialisis ini. Dokter sebenarnya memberi dua pilihan apakah hemodialisis atau cangkok ginjal. Dokter menjelaskan bahwa cangkok ginjal sudah sering dilakukan. Bahkan, di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo sudah dilakukan sekitar 600 cangkok ginjal. Pada umumnya kualitas hidup penderita menjadi baik, tidak sedikit yang dapat kembali bekerja dengan produktif.
Keluarga kami masih mempertimbangkan untuk tindakan cangkok ginjal. Jadi, sementara masih memilih hemodialisis. Ayah menjalani hemodialisis seminggu tiga kali di rumah sakit dekat rumah kami. Sebagai putri yang belum menikah dan satu rumah dengan ayah dan ibu, sayalah yang setiap hari mengantar ayah menjalani hemodialisis.
Pertanyaan saya, adakah pantangan makan untuk ayah saya yang sedang menjalani hemodialisis ini? Semula ayah sering mual dan tak nafsu makan, tetapi setelah hemodialisis nafsu makannya membaik. Saya mempunyai dua saudara laki-laki bagaimana risiko kami, apakah kami juga akan terkena hipertensi dan mengalami gagal ginjal seperti ayah? Mohon penjelasan dokter.
M di J
Penyakit hipertensi sering dijumpai di masyarakat. Sekitar 10 persen populasi orang dewasa menderita hipertensi. Namun, banyak penderita hipertensi yang tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi karena tak pernah mengukur tekanan darah. Padahal, pengukuran tekanan darah amat mudah dilakukan. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan di puskesmas, praktik dokter swasta, bahkan dapat dilakukan secara mandiri dengan alat pengukur tekanan darah yang sederhana.
Namun, karena kebanyakan orang tidak peduli, acapkali hipertensi ditemukan sudah dalam keadaan yang lanjut dan sudah menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi adalah komplikasi pada pembuluh darah otak, pembengkakan jantung, gagal jantung, penyakit jantung koroner, gangguan penglihatan karena perdarahan pada retina mata, dan seperti yang dialami oleh ayah Anda adalah gagal ginjal.
Jadi kita harus peduli tentang hipertensi dan mengetahui apakah tekanan darah kita termasuk hipertensi atau normal. Sebenarnya banyak kesempatan kita dapat melakukan pengukuran darah, tetapi kesempatan ini sering tidak kita gunakan karena kita merasa tidak mungkin menderita darah tinggi. Sebagian masyarakat berpendapat, jika seorang darah tinggi mesti ada gejalanya, seperti sering marah atau sakit kepala, padahal banyak penderita darah tinggi tidak atau belum merasakan gejala apa pun.
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan berulang karena tekanan darah manusia amat dipengaruhi aktivitas, keadaan emosi, kurang tidur, dan sebagainya. Bahkan, tekanan darah pada posisi duduk dan berdiri juga berbeda. Sebaiknya sebelum menjalani pemeriksaan tekanan darah kita harus dalam keadaan istirahat dan tenang. Keluarga penderita hipertensi harus lebih hati-hati terhadap hipertensi. Jadi, Anda dan saudara-saudara Anda harus lebih mengukur tekanan darah sehingga jika diketahui tinggi, dapat ditangani dengan baik sebelum ada komplikasi.
Pengukuran tekanan darah satu kali tinggi tidak menyatakan bahwa dia terkena hipertensi. Pengukuran harus diulang saat keadaan orang tersebut tenang dan telah beristirahat. Jika setelah pengukuran tiga kali memang tepat tinggi, dokter mungkin akan menetapkan orang tersebut penderita darah tinggi. Pengendalian hipertensi dilakukan dengan upaya farmakologis dan non-farmakologis.
Pengendalian tekanan darah dengan upaya non-farmakologis, misalnya mengurangi konsumsi garam dan banyak berolahraga. Jika tak berhasil dilakukan juga, upaya farmakologis dilakukan dengan obat penurun tekanan darah. Banyak pasien berharap, setelah minum obat darah tinggi beberapa lama, mereka dapat menghentikan obatnya dan hipertensinya sembuh. Namun, pada kenyataannya, 90 persen penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial dan penderita perlu minum obat hipertensi seumur hidup.
Pilihan keluarga, agar ayah Anda menjalani hemodialisis baik, tetapi pada jangka panjang sebenarnya cangkok ginjal akan lebih meningkatkan kualitas hidup. Meski demikian, untuk cangkok ginjal, perlu persiapan cukup lama, termasuk penyediaan ginjal donor. Sebenarnya tak banyak pantangan makanan untuk pasien yang menjalani hemodialisis. Sebaliknya perlu diupayakan agar pasien dapat meningkatkan nafsu makan sehingga tidak kekurangan gizi.
Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Untuk membatasi jumlah cairan (biasanya dokter akan memberi tahu jumlah cairan yang diizinkan), makanan disediakan dalam bentuk bukan makanan berkuah. Makanan yang mengandung kalori tinggi, seperti sirup dan madu, boleh diberikan untuk penambah kalori, tetapi pemberiannya hendaknya tak berdekatan dengan waktu makan sehingga tak mengurangi nafsu makan.
Untuk meningkatkan cita rasa, boleh ditambahkan bumbu masakan. Bahan makanan yang perlu dibatasai adalah bahan yang mengandung kalium tinggi. Bahan makanan yang mengandung kalium tinggi adalah avokad, pisang, durian, mangga, daun singkong, bayam, daun pepaya, kelapa, kacang tanah, kacang hijau, cokelat, kentang, ubi, dan singkong. Ini tak berarti penderita tak boleh mengonsumsi makanan itu, tetapi boleh dikonsumsi dengan jumlah terbatas. Sebaliknya, bahan makanan yang mengandung karbohidrat, protein yang cukup, serta lemak perlu dikonsumsi. Konsumsi protein yang dianjurkan sekitar 1,1 sampai 1,2 kg berat badan.
Saya menganjurkan agar Anda berkonsultasi dengan pakar gizi agar mendapat informasi jelas tentang konsumsi makanan sehari-hari. Perhatikan juga makanan yang disukai ayah Anda sehingga dia dapat menikmati makanannya sampai habis.
Jangan terlalu banyak makanan yang dipantang sehingga ayah Anda kekurangan gizi. Usahakanlah agar ayah Anda mengikuti anjuran diet dari pakar gizi serta laksanakan hemodialisis dengan teratur agar kualitas hidupnya baik. Carilah waktu dan persiapkan agar ayah Anda dapat ikut program cangkok ginjal.
Kompas, 8 Desember 2018
#kesehatan
#kompascetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar