Protes anti-Pemerintah Perancis yang kembali berubah menjadi kekerasan hari Sabtu (8/12/2018) mengancam legitimasi kepemim- pinan Emmanuel Macron.
Keputusan Presiden Macron pada awal masa jabatannya untuk memangkas pajak atas orang-orang kaya Perancis sangat tidak populer di kalangan demonstran.
Padahal, kebijakan itu diambil dengan alasan untuk meningkatkan investasi dalam negeri mengingat selama ini orang kaya Perancis lebih banyak berinvestasi di luar negeri. Ini karena iklim investasi di dalam negeri dinilai kurang menguntungkan.
Untuk menekan biaya produksi akibat tingginya pajak terhadap orang kaya itu, pengusaha Perancis mempekerjakan banyak imigran dari Afrika Barat.
Di satu sisi Macron mengurangi pajak orang kaya, di sisi lain Macron justru menaikkan pajak pensiunan, pemotongan tunjangan perumahan, dan berbagai hal yang dianggap tidak sensitif terhadap pekerja biasa. Tidak heran jika kemudian Macron dicap sebagai "Presiden Orang Kaya".
Demonstrasi selama empat minggu terakhir ini dipicu oleh kebijakan Macron menaikkan pajak bahan bakar minyak (BBM) untuk mempercepat langkah Perancis mengarah ke ekonomi hijau. Ratusan orang terluka serta ratusan kendaraan roda dua dan roda empat dibakar. Sedikitnya 1.200 demonstran ditangkap aparat keamanan setelah demo Sabtu lalu.
Terdengar teriakan "Macron mundur" dari demonstran yang terkena semburan gas air mata dari aparat keamanan. Denis, salah seorang demonstran yang datang dari kota pelabuhan Normandia, Caen, mengungkapkan kemarahannya terhadap rencana kenaikan pajak BBM itu.
"Saya datang ke sini bersama anak laki-laki saya. Saya tidak bisa membiarkan dia hidup di negara di mana negara hanya mengeksploitasi warga miskin," ujar Denis.
Kerusuhan ini diperparah oleh keikutsertaan kelompok-kelompok radikal yang dikenal sebagai "casseurs", atau "breakers". Casseur, pria muda berpakaian hitam, dengan mudah dapat dibedakan dari peserta demonstrasi yang mengenakan rompi kuning.
Mereka inilah yang memprovokasi aksi pembakaran, penjarahan, vandalisme, dan penyerangan terhadap petugas keamanan, sehingga ratusan orang terluka.
Macron akhirnya memang menunda kenaikan pajak BBM, tetapi langkah ini dinilai tidak cukup oleh demonstran. Tantangan yang sama pernah dihadapi Macron ketika mentransformasi sektor transportasi, perburuhan, dan pendidikan yang juga disikapi dengan demonstrasi. Namun, tantangan itu tidak sebesar yang terjadi sekarang.
Apakah Macron dapat keluar dari krisis ini mengingat kelompok oposisi dari ekstrem kanan yang dipimpin Marine Le Pen, dan ekstrem kiri yang dipimpin Jean-Luc Melenchon, mulai ikut bermain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar