Untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah, butuh teknologi dan mempercepat tumbuhnya wirausaha. Satu pilar penting untuk itu ialah cendekiawan.
Belajar dari pengalaman negara-negara maju, penguasaan teknologi dan tumbuhnya wirausaha telah membawa lompatan kemakmuran bagi suatu negara, meskipun bukan tanpa persoalan. Dalam lompatan itu peran cendekiawan sangat penting sebagai agen perubahan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam penutupan Silaturahmi Kerja Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) akhir pekan lalu meminta cendekiawan berbuat nyata ikut memakmurkan rakyat.
Caranya secara aktif dan konkret mendorong ilmuwan dan wirausaha untuk berkarya. Wapres mengingatkan, persoalan bangsa tidak dapat diselesaikan hanya melalui konferensi tanpa diikuti langkah konkret.
Penguasaan teknologi dan kewirausahaan ibarat koin dengan dua sisi, keduanya saling mendukung seperti diperlihatkan di negara-negara kaya. Kita memiliki banyak hasil penelitian, tetapi sudah menjadi pengetahuan umum, banyak hasil penelitian tetap tersimpan di dalam laci meja para peneliti. Di sisi ini kita memerlukan wirausaha yang secara alamiah memiliki karakter berani mengambil risiko dan mencari peluang.
Ada jembatan yang belum terbentuk untuk menjadikan pengembangan dan inovasi teknologi oleh lembaga penelitian dan perguruan tinggi menjadi kegiatan bernilai ekonomi dan memakmurkan rakyat. Alhasil, saat ini kita masih lebih banyak menjadi konsumen teknologi.
Cendekiawan dapat mengambil peran menjembatani kedua sisi kepentingan tersebut. Cendekiawan memiliki sejarah panjang sebagai anggota masyarakat yang mendedikasikan diri untuk mengembangkan pengetahuan dan menjadi sandaran pemerintah dan masyarakat mencari jawaban tentang suatu persoalan atau mencari arah.
Sayangnya, percakapan antara cendekiawan, pemerintah, dan masyarakat belum efektif. Cendekiawan, berbekal informasi berbasis pengetahuan yang diperoleh melalui kajian dan penelitian teruji yang menghasilkan data sahih, ke depan diharapkan lebih aktif melakukan komunikasi dengan pengambil kebijakan dan media.
Wapres Kalla telah jelas menyebutkan tantangan yang harus bisa kita selesaikan bersama, yaitu swasembada pangan dan penyediaan rumah murah. Kedua hal itu telah menjadi program pemerintah, tetapi hasilnya belum memenuhi tujuan.
Kemendesakan untuk saling bersinergi sangat nyata di tengah dinamika ekonomi dan geopolitik global, bertebarannya berita bohong, serta menurunnya sikap toleran sebagian anggota masyarakat.
Jika masyarakat dapat meningkat kemakmurannya dan ketimpangan dapat diatasi melalui peran cendekiawan, sebagai bangsa kita dapat penuh percaya diri naik kelas menjadi negara maju dan kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar