KOMPAS/WISNU WIDIANTORO (NUT)

Dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden RI, Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, melepaskan burung dara saat Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Pelepasan burung dara juga dilakukan para pemimpin parpol dan calon anggota legislatif serta Ketua Komisi Pemilihan Umum Arief Budiman dan Ketua Badan Pengawas Pemilu Abhan.

Berbagai survei menunjukkan bahwa isu ekonomi merupakan perhatian utama pemilih. Isu keterjangkauan kebutuhan pokok dan kesempatan kerja menempati urutan utama. Namun, selain Golkar, partai politik lain belum secara jelas mengelaborasi program ekonomi mereka.

Golkar mengedepankan empat program ekonomi utama, yaitu keterjangkauan kebutuhan pokok, kesempatan kerja, keterjangkauan perumahan, dan reformasi Industri 4.0. Program ekonomi ini jelas sejalan dengan program ekonomi pemerintahan Joko Widodo sekarang ini dan ke depan jika terpilih kembali.

Dengan tiga menteri di kabinet Jokowi-Jusuf Kalla sekarang ini, yaitu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Sosial Agus Kartasasmita, dan Menko Maritim Luhut Pandjaitan, pemilih dapat menilai kemampuan Golkar dalam   menjalankan program ekonomi di dalam pemerintahan Jokowi dan ke depannya.

PDI-P sebagai parpol terbesar terkenal dengan pembelaan kepada ekonomi wong cilik dan memperjuangkan ekonomi nasional. Namun, PDI-P belum lagi mengelaborasi program ekonominya yang siap untuk direalisasikan di pemerintahan jika Jokowi terpilih kembali. Tentu saja koalisi PDI-P dan Golkar serta parpol pendukung Jokowi lainnya mendukung program  ekonomi Jokowi-Amin Ma'ruf.

Gerindra lebih all out mendukung Prabowo Subianto sebagai capres dengan ciri utama nasionalisme daripada menyuarakan program ekonomi sendiri. Ciri nasionalisme sangat ditonjolkan. Parpol lain tampaknya lebih berjuang untuk mempertahankan eksistensinya, apalagi dengan ambang batas DPR kian tinggi, yaitu 4 persen, ketimbang menyuarakan program ekonominya.

Program ekonomi

Masing-masing capres telah menyampaikan visi dan misi dengan bagian mengenai ekonomi mendapat bagian yang penting. Jokowi-Ma'ruf menekankan keberlanjutan program ekonomi yang telah dijalankan dan dikembangkan Nawacita pada masa Jokowi-JK. Pencapaian pembangunan ekonomi di berbagai bidang, seperti infrastruktur, pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, pengurangan ketimpangan, dan menjaga pertumbuhan ekonomi menjadi bukti untuk terpilih kembali. Janji perbaikan kinerja dan menyiapkan ekonomi Indonesia menjadi ekonomi maju memberikan visi ke depan yang jelas.

Program ekonomi Jokowi-Ma'ruf bersinergi dengan program ekonomi Golkar. Bagi parpol pendukung lain, mereka lebih mengaksentuasi keberhasilan kinerja ekonomi pemerintahan Jokowi daripada memperlihatkan sinergi program ekonomi parpol dan capres.

Bagi Prabowo-Sandi, karena mereka belum pernah menjalankan pemerintahan, kecuali Sandi yang menjadi wakil gubernur DKI Jakarta dalam waktu singkat, pandangan ekonomi mereka lebih menegasi kinerja pemerintahan Jokowi, dan mengajukan program ekonomi yang bersifat umum dalam lingkup utamanya keterjangkauan kebutuhan pokok dan kesempatan kerja. Namun, apa yang dikemukakan oleh Sandi dengan program ekonominya yang rasional dan pragmatis seakan menjadi pandangan Sandi sendiri, tidak terlihat beresonansi dengan pandangan Prabowo.

Parpol pendukung Prabowo-Sandi tidak secara jelas mengajukan program ekonomi mereka. Mereka lebih terfokus pada mendapatkan dukungan dalam pemilu legislatif dan memperkuat dukungan bagi pasangan Prabowo-Sandi.

Pemilih mengharapkan pengajuan program ekonomi yang jelas dari parpol dan capres karena ekonomi adalah isu utama. Namun, tampaknya debat program ekonomi masih akan bersifat umum. Ini tentu menguntungkan bagi petahana, capres Jokowi, karena telah mempunyai prestasi.

Sementara itu, parpol, khususnya Golkar, masih harus berusaha keras menunjukkan kepada pemilih bahwa keberhasilan program ekonomi pada periode pertama dan kedua Jokowi nanti banyak bertumpu pada dukungan politik Golkar sehingga  mendapatkan pengaruh positif dalam pemilu legislatif.

Parpol lain masih kita harapkan untuk menyuarakan dan mengelaborasi program ekonomi mereka sehingga dapat menjawab apa yang menjadi perhatian utama pemilih. Dengan demikian, baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden dapat semakin berorientasi pada program, bukan sekadar bersaing dalam popularitas.