REUTERS/WOLFGANG RATTAY

Kanselir Jerman Angela Merkel (kanan) dan Presiden Perancis Emmanuel Macron menandatangani perjanjian baru tentang kerja sama dan integrasi bilateral, yang disebut dengan Traktat Aachen, di Aachen, Jerman, Selasa (22/1/2019).

Kota Aachen menjadi saksi kedekatan Perancis dan Jerman, dua rival utama di Eropa yang pernah saling berperang sebanyak tiga kali antara 1870 dan 1945.

Lebih dari 50 tahun lalu, tepatnya tahun 1963, kedua negara menjalin persahabatan melalui Traktat Elysee yang ditandatangani Charles de Gaulle dan Konrad Adenauer. Kini, Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel memperkuatnya melalui Traktat Aachen.

Mengapa perlu ada traktat kembali? Perancis dan Jerman selama ini menjadi "lokomotif" Uni Eropa. Dari kedua negara ini menyebar semangat integrasi yang telah menjadikan blok UE seperti saat ini, menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dengan 27 negara anggota.

Macron dan Merkel berpandangan, traktat itu perlu disegarkan kembali di saat UE menghadapi ujian sangat berat, mulai dari terorisme, ancaman keamanan di kawasan, banjir pengungsi, sampai gelombang populisme. Belajar dari masa lampau, mereka tak ingin Eropa mengalami instabilitas.

Semangat populistik dan nasionalistik bahkan telah merasuk ke dalam pusaran Uni Eropa. Mulai dari Hongaria, Polandia, sampai Italia, partai ekstrem kanan menguasai pemerintahan. Visi mereka yang nasionalistik, antipendatang dan skeptis terhadap Brussels telah melemahkan nilai-nilai integrasi maupun demokrasi yang menjadi pilar blok ini.

Ancaman itu diperberat dengan Brexit, mengingat Inggris adalah negara yang memiliki kekuatan nuklir dan anggota tetap di Dewan Keamanan PBB. Apalagi, bersamaan dengan itu Amerika Serikat, yang merupakan mitra keamanan Eropa, dipimpin Presiden Donald Trump yang kebijakannya terus memperlemah hubungan Trans-Atlantik.

Tidak mengherankan jika salah satu isu yang tercakup dalam Traktat Aachen menyebutkan, kedua negara akan mengupayakan agar Jerman bisa terpilih sebagai anggota tetap DK PBB. Meskipun, hal itu bakal sulit diwujudkan mengingat China dan Rusia akan menentang bertambahnya kekuatan Barat di DK PBB.

Menurut France 24, kedekatan Jerman-Perancis yang terbangun dari level warga sampai pejabat tinggi telah menginspirasi sejumlah negara untuk melakukan hal serupa. Salah satu proyek ambisius mereka yang berhasil adalah program pertukaran generasi muda. Sampai saat ini ada sekitar sembilan juta warga Perancis dan Jerman yang melakukan kunjungan lintas batas untuk mempelajari negara setempat.