ARSIP PRIBADI

Samsuridjal Djauzi

 

Bulan Maret saya diajak suami menjalani ibadah umrah. Saya senang mendapat kesempatan berkunjung ke Tanah Suci. Saya sebenarnya ingin sekali menjalankan ibadah haji, tetapi kesempatan untuk itu baru datang lima tahun lagi.
Umur saya sekarang 43 tahun dan suami 46 tahun. Kali ini perjalanan umrah akan berlangsung sekitar 10 hari dan kami khusus hanya berkunjung ke Arab Saudi saja, tidak mampir ke negara lain.

Keadaan kesehatan suami saya umumnya baik. Dia masih aktif bertugas sebagai pegawai negeri, sedangkan saya mengajar di sebuah SMU swasta. Suami saya gemuk dan minum obat darah tinggi setiap hari. Jantungnya sedikit membengkak, kata dokter akibat darah tinggi, tetapi fungsi jantungnya masih baik.

Saya sendiri juga gemuk dan sudah tiga bulan ini berupaya menurunkan berat badan dengan menjalani diet. Lumayan, berat badan saya turun dari 68 kg menjadi 66 kg dalam dua bulan ini.

Udara pada bulan Maret di Arab Saudi diperkirakan cukup nyaman. Menurut kakak saya yang baru pulang umrah, sekarang ini jemaah umrah dari berbagai negara banyak sekali. Karena itu, dalam melakukan ibadah harus hati-hati dan sabar.

Perlu menjaga pola tidur yang cukup serta beribadah dengan baik, tetapi jangan sampai kelelahan. Saya dan suami mulai berkonsultasi dengan dokter untuk persiapan umrah ini.

Menurut dokter, tak ada yang istimewa yang harus dilakukan. Lakukan ibadah dengan baik, tetapi harus menjaga kesehatan. Makan cukup, minum cukup, serta tidur tujuh jam sehari.

Dokter juga menganjurkan kami menjalani imunisasi influenza dan pneumokok selain meningitis. Saya berharap kami dapat pulang dalam keadaan sehat dan perasaan lega telah menjalankan ibadah umrah.

Risiko kesehatan apa saja yang dapat terjadi selama umrah? Kenapa kami dianjurkan juga untuk imunisasi influenza dan pneumokok, karena setahu saya imunisasi tersebut untuk orang yang berusia lanjut?

Apakah obat-obat yang selama ini saya konsumsi di Indonesia dapat saya bawa ke tanah suci? Bagaimana dengan cara pemakaiannya karena ada perbedaan waktu antara Indonesia dan Arab Saudi sekitar 5 jam. Terima kasih atas penjelasan Dokter.

M di J

Jemaah umrah sekarang banyak karena ibadah umrah dapat dilakukan sepanjang tahun, kecuali pada musim haji. Lebih dari 1 juta anggota jemaah umrah setiap tahun berasal dari Indonesia.

Jemaah dari negara lain juga banyak, mungkin akibat waktu tunggu di banyak negara untuk menjalani ibadah haji cukup lama. Sambil menunggu giliran menjalankan ibadah haji, mereka menjalani dulu ibadah umrah.

Jika banyak orang berkumpul di satu tempat secara bersamaan, memang ada risiko penularan penyakit dan kecelakaan. Penularan penyakit terutama melalui udara, seperti meningitis, influenza, pneumonia, dan tuberkulosis (TBC).

Penularan penyakit juga dapat terjadi melalui makanan dan minuman jika makanan dan minuman tercemar kuman atau virus.

Massa yang berdesakan sewaktu akan mencium hajar aswad, misalnya, dapat menimbulkan kecelakaan. Mereka yang lemah sebaiknya tidak memaksakan diri mencium hajar aswad. Risiko berdesakan adalah terinjak atau terjepit di antara kerumunan orang banyak yang dapat menyebabkan trauma pada tulang atau otot.

Pemerintah Arab Saudi mewajibkan jemaah haji dan umrah menjalani imunisasi meningokok. Penyakit meningitis yang disebabkan kuman meningokok banyak terdapat di negara Afrika. Penyakit ini ditularkan melalui udara.

Karena jemaah umrah banyak berasal dari Afrika, ada kemungkinan mereka membawa kuman meningokok dan menularkan kepada jemaah lain melalui udara.

Penyakit meningitis akibat meningokok ini tidak ada di Indonesia sehingga orang Indonesia belum punya kekebalan terhadap meningokok. Jemaah kita jadi mudah tertular jika kontak dengan kuman meningokok ini.

Menurut pemantauan Kementerian Kesehatan, beberapa orang jemaah kita pernah tertular selama di tanah suci. Kuman tersebut dapat menimbulkan penyakit, tetapi ada juga orang yang tampak tetap sehat meski di tenggoroknya hidup kuman meningokok ini. Jika dia kembali ke Indonesia, dia dapat menjadi sumber penularan untuk keluarga dan teman-temannya.

Imunisasi meningokok dapat dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan yang ditunjuk. Mereka yang sudah menjalani imunisasi meningokok akan mendapat sertifikat imunisasi yang dikeluarkan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat.

Untuk mengurus visa umrah, Pemerintah Arab Saudi mewajibkan calon jemaah umrah telah mempunyai sertifikat imunisasi ini. Tujuannya agar jemaah, jika berangkat umrah dan terpapar dengan kuman meningokok mempunyai kekebalan sehingga tidak jatuh sakit.

Jadi, kewajiban ini adalah untuk mencegah penularan penyakit selama menjalani umrah. Calon jemaah harus memahami hal ini karena masih ada jemaah yang tak mau diimunisasi dan hanya meminta surat keterangan sudah menjalani imunisasi. Tindakan ini membahayakan kesehatan sendiri.

Nah, bagaimana dengan imunisasi influenza dan pneumokok. Pemerintah Arab Saudi tidak mewajibkan imunisasi influenza dan pneumokok, tetapi merekomendasikan hal itu.

Penjelasannya agar calon jemaah sudah mempunyai kekebalan sehingga jika terjadi kontak dengan virus influenza dan kuman pneumokok terlindung dari penularan.

Sebagian besar jemaah haji dan umrah pulang ke Indonesia mengalami gejala batuk pilek. Penyebab batuk pilek demam selain virus influenza adalah virus lain, bahkan juga dapat karena bakteri.

Imunisasi influenza akan melindungi jemaah dari penularan influenza, tetapi tak dapat melindungi batuk, pilek, demam yang bukan disebabkan virus influenza. Meski demikian, imunisasi influenza amat bermanfaat karena gejala influenza biasanya lebih berat.

Bahkan, pada orang berusia lanjut, influenza dapat menimbulkan komplikasi pneumonia yang cukup berbahaya. Imunisasi pneumokok juga dianjurkan untuk melindungi penularan penyakit pneumonia akibat kuman pneumokok yang sering menular selama masa haji dan umrah.

Semasa menjalani umrah, gaya hidup sehat tetap harus diamalkan. Makanlah sesuai dengan kegiatan fisik, jaga makanan agar komposisinya seimbang, minum cukup, dan tidur cukup. Selama menjalankan ibadah umrah, kegiatan fisik cukup berat jadi jangan terlalu ketat menjalani diet.

Obat yang harus dikonsumsi tetap harus diminum selama umrah. Waktu minum obat dapat disesuaikan dengan waktu di sana agar tidak repot.

Contoh, jika minum obat hipertensi di Indonesia tiap pukul 07.00, selama di Arab Saudi juga dapat diminum pukul 07.00 waktu Arab Saudi.

Obat-obat pribadi untuk penyakit kronik biasanya diizinkan dibawa umrah. Untuk melindungi diri dari penularan penyakit yang menular melalui udara, jemaah menggunakan masker.

Kebiasaan ini baik saja, tetapi imunisasi tetap harus dijalankan. Agar kekebalan terhadap penyakit sudah terbentuk setiba di tanah suci, imunisasi sebaiknya dilakukan jauh sebelum berangkat, paling sedikit 14 hari sebelum berangkat.