KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN

Sejumlah pekerja mengawasi proses produksi stainless steel di Kawasan Industri Morowali di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Senin 28/1/2019).

Percepatan industrialisasi yang terarah perlu segera dilakukan agar ekonomi Indonesia tetap tumbuh tinggi, berkualitas, dan berkelanjutan.

Selama empat tahun terakhir ekonomi kita berhasil melewati tekanan global. Tahun lalu ekonomi diprediksi tumbuh 5,15 persen—tahun 2017 tumbuh 5,07 persen—meskipun defisit perdagangan membengkak yang ikut memberi imbas pada defisit transaksi berjalan.

Otoritas keuangan menyampaikan pesan optimistis, pertumbuhan ekonomi 2019 akan lebih baik, yaitu 5,3 persen. Pemerintah, seperti disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, lebih memilih stabilitas ekonomi daripada pertumbuhan tinggi. Kehati-hatian menjadi prioritas.

Di tengah optimisme tersebut, ada pekerjaan rumah yang menuntut segera diselesaikan agar ekonomi tumbuh sesuai potensi. Peringatan disampaikan salah satunya oleh Muhammad Chatib Basri, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Ia mengatakan, pertumbuhan tidak dapat hanya mengandalkan kebijakan fiskal dan moneter sebagai pendorong sebab ruang ekspansi keduanya terbatas.

Kita sepakat Indonesia memerlukan investasi langsung dari luar dan dalam negeri pada industri pengolahan. Investasi yang kita harapkan adalah berorientasi ekspor dan menciptakan lapangan kerja berkualitas agar defisit perdagangan berkurang serta nilai tukar rupiah menguat.

Pemerintah sudah membuat sejumlah kebijakan untuk menarik investasi sektor industri, mulai dari pendaftaran satu pintu secara daring hingga pengurangan pajak penghasilan badan atau dikenal sebagai tax holiday. Hingga awal Februari 2019 sudah 12 wajib pajak mendapat tax holiday, 11 wajib pajak untuk investasi baru, dan satu untuk perluasan usaha.

Meskipun demikian, kita tetap perlu memperhitungkan masak-masak jenis investasi tersebut. Kita membutuhkan industri berbasis keunggulan komparatif sehingga yang kita produksi barang paling kompetitif.

Kita kaya bahan tambang dan mineral yang menunggu diolah menjadi produk antara atau produk akhir; matahari bersinar sepanjang tahun dan air yang cukup memungkinkan produksi bahan pangan dan energi nabati; laut yang luas di daerah tropis adalah sumber pangan, energi, dan bahan kimia yang belum termanfaatkan optimum; serta kita memiliki tenaga kerja berlimpah berusia muda.

Dengan menyadari keunggulan komparatif kita, fokus dapat ditujukan untuk meningkatkan daya saing melalui pilihan industrialisasi serta perbaikan produktivitas melalui penyederhanaan perizinan, koordinasi antara pusat dan daerah serta antarlembaga pemerintah, serta meningkatkan kapasitas tenaga kerja.