Pendek kata, menabung bertujuan mendisiplinkan kita untuk menyimpan uang. Cara menabung tradisional seperti itu memang membuat anak rutin menabung. Namun, kadang juga masih membuat si anak tergoda untuk diam- diam mengambilnya.
Sekarang, anak muda bisa menyisihkan uang secara rutin dan teratur tanpa takut tergoda untuk mengambilnya. Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan tabungan berjangka yang disebut "SiMuda", Simpanan Mahasiswa dan Pemuda.
Kenapa anak muda dan mahasiswa? Sebab, kelompok umur ini yang jumlahnya sekitar seperempat dari jumlah penduduk Indonesia. Tentu saja, mereka memiliki kebutuhan produk keuangan tersendiri.
SiMuda adalah tabungan berjangka yang mewajibkan pemiliknya menyetor uang setiap bulan dan dalam jangka waktu tertentu. Tabungan ini juga dilengkapi fitur investasi dan atau asuransi. Dengan demikian, pemilik rekening tidak akan bisa mengambil uangnya hingga jatuh tempo tiba sekaligus memiliki produk investasi/asuransi.
Kelemahan menabung secara konvensional dengan celengan teratasi dengan tabungan berjangka ini. Tabungan berjangka sebenarnya bukan hal baru dalam dunia perbankan. Namun, kekhasannya, SiMuda dikhususkan untuk pemuda dan mahasiswa.
Kalau kita ingin memiliki dana, misalnya Rp 100 juta dalam waktu 10 tahun mendatang, kita bisa membuka tabungan berjangka SiMuda ini dengan setoran sekitar Rp 195.000 per bulan. Sekarang buatlah rencana Anda sendiri dan atur jangka waktunya. Mudah bukan.
Akan tetapi, harap diingat, menabung tidak boleh membuat pengeluaran sehari-hari kita menjadi bermasalah. Oleh karena itu, hal pertama dan terutama yang harus diperhatikan sebelum menabung di tabungan berjangka adalah kemampuan menyisihkan dana setoran per bulan.
Jangan karena setoran bulanan, neraca kita minus. Hal itu tidak boleh terjadi. Sebab, apabila jumlah setoran bulanan kebesaran, bisa-bisa—dan ini peluangnya sangat besar—setoran akan terhenti, lalu tabungan berjangka itu akhirnya ditutup. Jika itu terjadi, kemungkinan besar bank akan mengenakan denda.
Di beberapa bank, tabungan SiMuda ini diberi fitur investasi dan atau asuransi. SiMuda Investasiku, misalnya, berisi tabungan berjangka dan reksadana yang dilindungi asuransi kecelakaan yang membuat nasabah cacat atau meninggal.
Ada juga tabungan berjangka yang bertujuan untuk uang muka kepemilikan rumah. Namun, harus dicatat, bank tidak akan menjanjikan bahwa si pemuda atau mahasiswa pemilik rekening pasti akan memiliki rumah. Ada pula SiMuda Emasku yang merupakan tabungan untuk pembiayaan kepemilikan emas.
Tabungan untuk anak
Kalau pemuda dan mahasiswa memiliki pilihan produk tabungan, bagaimana dengan anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah?
Jangan risau. Anak-anak sekolah bisa mulai mendisiplinkan diri menabung lewat tabungan pelajar yang diberi nama Simpel, Simpanan Pelajar. Dengan belajar menabung sejak dini, anak-anak kelak akan memiliki kemampuan mengelola keuangan secara mandiri.
Berbeda dengan tabungan SiMuda yang tidak membolehkan penarikan tunai hingga jatuh tempo karena karakteristik tabungannya berjangka, pada tabungan Simpel siswa boleh melakukan penarikan tunai maksimal dua kali dalam sebulan.
Akan tetapi, sangat dianjurkan untuk tidak membiasakan diri mengambil tabungan. Hal itu menjadi pelajaran tentang disiplin tinggi yang penting diajarkan sejak dini. Tabung uangnya, berapa pun atau sekecil apa pun, lalu (pura-pura) lupakan.
Seperti juga ketika berbuat kebajikan, kita diminta tidak mengingat-ingat atau menghitung-hitung jumlah pahala yang kita dapat. Pokoknya menabung, titik. Dengan begitu, kata-kata bijak ini akan terwujud: sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit.
Hingga akhir 2018, terdapat 293 bank berpartisipasi dalam program Simpel yang bekerja sama dengan lebih dari 322.000 sekolah. Terdapat 16,28 juta rekening dengan nilai tabungan Rp 6,37 triliun.
Angka-angka ini memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa dari sisi makro, potensi simpanan pelajar ini sungguh besar. Jumlah murid sekolah dasar negeri saja, menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017/2018, ada lebih dari 25 juta anak. Belum ditambah murid sekolah menengah pertama yang jumlahnya lebih dari 10 juta orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar