AP/ADEL HANA

Seorang warga Palestina melintas di depan lokasi kantor pimpinan Hamas Ismail Haniya yang hancur akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza, Selasa (26/3/2019). Situasi Jalur Gaza memanas menyusul serangan roket dari Jalur Gaza ke Israel yang dituduh dilakukan oleh Hamas dan dibalas oleh Israel dengan serangan udara.

Jet tempur Israel menyerang Jalur Gaza, tempat Hamas berkantor, sebagai balasan atas serangan roket ke Tel Aviv meski belum jelas Hamas yang melakukannya.

Serangan roket ke Tel Aviv membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempercepat kunjungannya ke Amerika Serikat. Padahal, ketika di AS, Netanyahu mendapat hadiah berupa pengakuan Presiden AS Donald Trump atas pencaplokan Dataran Tinggi Golan. Di AS, Netanyahu berjanji akan membalas serangan ke Tel Aviv itu.

Israel terkejut atas jangkauan tembak roket dari Jalur Gaza yang mampu mencapai Tel Aviv dan melukai tujuh orang. Sebuah rumah di Mishmeret, yang terkena roket pada Minggu (24/3/2019), ubinnya hancur, perabotan rusak, dan puing-puing berserakan. Sebuah tempat tidur bayi juga hancur dan dua anjing keluarga mati. Dua roket juga ditujukan ke Tel Aviv pada 14 Maret 2019, tetapi tidak menimbulkan korban dan kerusakan berarti.

Secara sepihak, para pejabat Palestina mengatakan, Israel dan Hamas telah menyepakati gencatan senjata yang dimediasi Mesir pada Senin malam. Namun, pejabat Israel belum memberikan komentar atas klaim Palestina itu dan serangan lintas batas terus berlangsung hingga Selasa dini hari.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Senin (25/3), mengatakan sangat prihatin terhadap perkembangan terbaru di Jalur Gaza. Guterres menyebut serangan roket Hamas sebagai pelanggaran serius dan tak dapat diterima. Sekjen menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri. Aksi kekerasan ini menimbulkan kekhawatiran terjadinya konflik lebih besar dua minggu menjelang pemilu Israel.

Pada pemilu ini, Netanyahu mendapat saingan berat dari mantan kepala militer Benny Gantz. Netanyahu juga dikritik terlalu lunak menghadapi kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza. Sementara Hamas juga dikritik karena gagal membuat Israel dan Mesir mengurangi blokade perbatasan Gaza yang diberlakukan sejak 2007.

Blokade Israel dan Mesir di Jalur Gaza dibarengi dengan sanksi dari Pemerintah Palestina serta kekisruhan di kalangan internal Hamas sendiri, memicu krisis ekonomi hingga tingkat pengangguran di Gaza lebih dari 50 persen. Pekan lalu, warga Gaza memprotes kondisi ekonomi yang kian memburuk, yang ditanggapi Hamas dengan menangkapi demonstran.

Hamas telah tiga kali terlibat perang melawan Israel. Konflik pada 2014 yang terus bereskalasi hingga berlangsung sekitar 50 hari berakhir dengan kematian lebih dari 2.000 warga Palestina serta ratusan warga sipil, sedangkan dari pihak Israel 73 orang tewas.