KOMPAS/HAMZIRWAN

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berfoto bersama pemimpin 10 negara ASEAN dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbul (keenam kiri) di sela Konferensi Tingkat Tinggi Khusus ASEAN-Australia di Sydney, Australia, Sabtu (17/3/2018). Untuk pertama kalinya Australia menggelar KTT Khusus ASEAN yang menandai babak baru hubungan kerja sama di kawasan Asia Pasifik.

"Indo-Pasifik" beberapa waktu terakhir sering disebut dalam berbagai pertemuan internasional. Kata tersebut merefleksikan tren perubahan yang sedang terjadi.

Dari sisi geografis, lebih kurangnya Indo-Pasifik mewakili sebuah area luas yang membentang dari Samudra Pasifik hingga Samudra Hindia. Ada banyak negara yang terkait dengan kawasan luas ini, antara lain, meliputi China, Amerika Serikat, dan negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN.

Sedemikian penting gagasan geografis dan geopolitik Indo- Pasifik itu sampai-sampai negara adidaya AS mengubah nama gugus tempur Komando Pasifik yang dipunyainya menjadi Komando Indo-Pasifik. Perubahan ini diumumkan Menteri Pertahanan AS James Mattis pada Mei 2018, berbarengan dengan pergantian panglima gugus tempur itu.

Sejumlah negara telah mengembangkan konsep Indo-Pasifik mereka. Australia memasukkan konsep geografis dan geopolitik tersebut dalam Buku Putih Kebijakan Luar Negeri. India yang selama ini menolak Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) dari China juga menyusun gagasan Indo-Pasifik. Belum lagi ada "Indo-Pasifik yang Terbuka dan Bebas" dari Jepang serta AS.

Gagasan Indo-Pasifik oleh AS, Jepang, India, dan Australia dinilai sejumlah kalangan sebagai bagian dari respons terhadap kebangkitan China di kawasan—tren penting yang mewarnai dinamika global beberapa tahun terakhir. Skema pembiayaan megaproyek infrastruktur oleh China dan klaim Beijing atas Laut China Selatan dilihat oleh negara-negara itu sebagai tantangan paling krusial di kawasan Indo-Pasifik.

Dalam situasi itulah langkah Pemerintah Indonesia menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi 18 negara untuk membahas berbagai gagasan berbeda terkait Indo-Pasifik perlu diapresiasi. Hajatan di Jakarta itu diikuti perwakilan 10 negara ASEAN serta Australia, AS, Rusia, China, India, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan.

Setiap perwakilan mendapat kesempatan untuk menyampaikan konsep Indo-Pasifik sekaligus mendengar apa yang diinginkan pihak lain. Lewat semangat dialog ini, sikap saling percaya dan kerja sama dapat pelan-pelan dibangun di kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan penting sekaligus menyimpan tantangan potensi konflik persaingan yang tidak kecil.

Tidak mengherankan, dalam acara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan wilayah lautan Indo-Pasifik yang terhubung dengan baik akan membuka jalan bagi munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru. Ia mengingatkan pula Indo-Pasifik harus berlandaskan pada semangat yang inklusif, transparan, kerja sama konkret, dialog, dan taat pada hukum internasional.