China berbulat tekad mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan memperluas keterbukaan terhadap dunia luar. Hal ini dinyatakan dalam dua pertemuan akbar tahunan di Beijing, yaitu sesi kedua Kongres Rakyat Nasional ke-13 dan sesi kedua Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat China ke-13.
Kedua pertemuan ini menetapkan tugas dan arah pembangunan nasional, sekaligus menegaskan tekad China menjadi tenaga pendorong ekonomi dunia yang kini menghadapi tekanan besar.
Perekonomian China sepanjang 2018 tetap bergairah meski menghadapi situasi domestik dan internasional yang rumit di tengah tekanan kemerosotan ekonomi global.
Aspek pertama dari performa ekonomi China adalah adanya dasar yang kuat bagi terwujudnya "stabilitas". Produk Domestik Bruto (PDB) China pada 2018 menembus angka 90 triliun yuan (13,4 triliun dollar AS) dan tumbuh 6,6 persen.
Pertumbuhan ini melebihi target 6,5 persen yang ditetapkan sebelumnya. Di antara lima kekuatan ekonomi terbesar dunia, pertumbuhan China yang tertinggi dan menyumbang hampir 30 persen bagi pertumbuhan ekonomi global.
Indeks harga konsumen (IHK) di China 2,1 persen, lebih rendah daripada target 3 persen. China juga telah menciptakan 13,6 juta kesempatan kerja baru di perkotaan dan perdesaan dengan tingkat pengangguran stabil pada kisaran 5 persen yang relatif rendah.
Aspek kedua adalah adanya sinyalemen "kemajuan". Kontribusi sektor jasa terhadap pertumbuhan ekonomi nasional telah mendekati 60 persen, sedangkan konsumsi energi per unit PDB menurun 3,1 persen. Rata-rata 18.000 perusahaan baru didirikan setiap hari sepanjang 2018 dengan total pemain pasar utama telah menembus 100 juta perusahaan.
Nilai total ekspor dan impor produk komoditas telah menembus 30 triliun yuan (4,4 triliun dollar AS), sedangkan nilai investasi asing yang telah direalisasikan di China mencapai 138,3 miliar dollar AS, menempatkan China pada posisi terdepan di antara negara berkembang. China juga terus menunjukkan prestasi di bidang inovasi teknologi tinggi, termasuk peluncuran misi eksplorasi Bulan Chang'e 4.
Aspek ketiga adalah awal yang "baik". Tahun 2018 adalah tahun pertama China melancarkan program "tiga pertempuran akbar" untuk mengurai ancaman risiko utama, mengurangi kemiskinan, dan mencegah polusi. Sepanjang tahun krusial ini, rasio solvabilitas makro di China cenderung stabil, performa finansial secara umum juga stabil.
China telah mengurangi jumlah penduduk miskin di perdesaan 13,86 juta jiwa dan merelokasikan 2,8 juta penduduk miskin. Selain itu, pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) per kapita tumbuh 6,5 persen.
Prestasi China tak datang dengan mudah. Pencapaian ini juga kian memperkuat stamina, daya tahan, serta keteguhan China mewujudkan pertumbuhan ekonomi. PM Li Keqiang dalam laporan kerja pemerintah menyatakan, segenap rakyat China di bawah panduan Presiden Xi Jinping telah menciptakan sosialisme berkarakteristik China yang memiliki keberanian, kebijaksanaan, dan kekuatan untuk mengatasi segala kesulitan.
Kesempatan baru
Dalam jangka panjang, momentum perekonomian China yang positif tak akan berubah. Saat ini China sedang menghadapi situasi domestik dan internasional yang kian rumit dengan tantangan risiko yang kian besar. Namun, ekonomi China memiliki daya tahan, potensi, dan energi inovatif yang memadai untuk menghadapi itu. Untuk 2019, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,0-6,5 persen.
Angka ini hasil dari penilaian rasional terhadap perekonomian China yang terus mempertahankan kecepatan dan kualitas yang relatif tinggi. Moderasi angka prediksi pertumbuhan ini bermanfaat untuk mendorong transformasi ekonomi dari pertumbuhan berkecepatan tinggi menjadi pertumbuhan berkualitas tinggi.
Moderasi ini juga membantu merealisasikan berbagai tuntutan dari berbagai bidang, seperti menstabilkan ketersediaan lapangan kerja, menciptakan masyarakat yang sejahtera, serta mengurai berbagai ancaman risiko utama. Moderasi pertumbuhan juga membantu menjamin adanya ruang gerak bagi transformasi pola struktural dan perubahan motor utama perekonomian nasional.
Tujuan utama dari moderasi adalah mewujudkan target pertumbuhan ekonomi sosialis, yaitu "menstabilkan pertumbuhan, menjamin ketersediaan lapangan kerja, dan meningkatkan taraf hidup rakyat".
China juga tak akan mengubah tekad dalam mendorong keterbukaan terhadap dunia luar secara menyeluruh. Dalam beberapa tahun ini China telah mereformasi sejumlah hal, termasuk pemotongan cukai, penyederhanaan administrasi dan desentralisasi pemerintahan, serta perbaikan layanan untuk menggairahkan pasar dan lingkungan berbisnis.
Lingkungan berbisnis di China maju signifikan seiring diterbitkannya UU Investasi Asing dan berbagai regulasi terkait lain. China juga memperluas lingkup program keterbukaan dan mengoptimalkan distribusi program keterbukaan demi kemajuan bersama China dan negara-negara lainnya.
China juga terus bekerja sama dengan pelbagai negara merealisasikan inisiatif Belt and Road (B&R) berdasarkan prinsip "pembahasan bersama, pembangunan bersama, dan pemanfaatan bersama". Dalam lima tahun terakhir, China sudah menandatangani perjanjian kerja sama pembangunan B&R dengan 150 negara dan organisasi internasional.
Sejumlah program kerja sama ini telah menampakkan hasil nyata sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf kehidupan rakyat di banyak negara yang turut berpartisipasi.
Pada 2019, China akan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Internasional B&R Ke-2. China bertekad untuk terus melangkah bersama negara-negara lain dalam mewujudkan pembangunan B&R yang berkualitas demi menciptakan kesempatan pertumbuhan yang lebih besar bagi sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia.
China juga bertekad meneruskan kebijakan multilateralisme dan menang bersama. Saat ini dunia menghadapi ancaman kecenderungan proteksionisme dan unilateralisme, perlambatan ekonomi global, serta peningkatan instabilitas dan ketidakpastian. Dalam kondisi demikian, China berteguh mempertahankan prinsip multilateralisme dan memperkuat kerja sama internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar