KOMPAS/PRIYOMBODO

Pedagang beras menunggu pembeli di pasar Tebet Timur, Jakarta Selatan, Kamis (4/4/2019). Menurut pengakuan pedagang, harga beras di tingkat pengecer relatif stabil. Misalnya untuk jenis IR 64 dijual mulai dari harga Rp 9000 per liter. Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian memperkirakan produksi beras nasional kurun Januari-Maret 2019 mencapai 14,1 juta ton.

 

Persoalan sama berulang setiap panen raya padi, yaitu harga gabah jatuh. Nilai tukar petani yang ikut tertekan bisa memengaruhi gairah bertanam padi.

Panen raya padi tahun ini mundur menjadi April-Mei 2019. Penurunan harga beras dan gabah tecermin pada angka inflasi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, indeks harga seluruh kelompok pengeluaran tercatat naik pada Maret 2019, kecuali kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,01 persen. Deflasi bahan makanan terbesar berasal dari beras, ikan segar, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

Turunnya harga menunjukkan produksi lebih besar dibandingkan dengan konsumsi. Karena beras masih dipandang sebagai komoditas strategis, pemerintah membuat kebijakan menyeimbangkan antara harga beras di tingkat konsumen dan produsen.

Pemerintah membentuk Perum Bulog untuk mengatur keseimbangan antara produksi dan konsumsi bahan makanan strategis, terutama beras. Bulog mendapat tugas menyerap produksi gabah petani saat musim panen agar harga tidak jatuh. Bulog kemudian mendistribusikan beras kepada aparat pemerintah dan kemudian kepada masyarakat miskin sebagai jaring pengaman selain melepas cadangan yang dipegang ke pasar jika harga beras bergerak naik.

Ketika muncul keluhan kualitas beras yang didistribusi kepada masyarakat miskin tidak baik serta penerima bantuan tidak semua tepat sasaran, pemerintah mengganti bantuan beras bagi masyarakat miskin dengan bantuan tunai. Perubahan itu ditengarai sebagai salah satu penyebab Bulog tidak terlalu bergairah menyerap gabah petani, selain harga pembelian pemerintah tidak lagi sesuai dengan harga pasar.

Penyerapan beras oleh Bulog tahun ini ada kemungkinan tidak optimal. Bulog memberikan alasan, kualitas gabah tidak sesuai persyaratan. Bulog kemungkinan juga akan kesulitan mendapatkan beras sebab harga patokan pembelian pemerintah di bawah harga produksi petani.

Menyelesaikan persoalan beras saat ini dan ke depan memerlukan strategi dan kebijakan baru sebab situasi sosial-ekonomi masyarakat serta kondisi lingkungan sudah berubah banyak dibandingkan dengan 30-40 tahun lalu.

Beras harus menjadi bagian strategi dan kebijakan pangan nasional. Beras adalah sumber karbohidrat dan Indonesia memiliki keragaman sangat tinggi sumber bahan pangan ini.

Kita perlu menetapkan posisi beras di dalam masyarakat dengan memperhatikan budaya, usia, jender, kondisi sosial dan ekonomi, serta profesi anggota masyarakat. Selain itu, kita perlu menata proses produksi, pascaproduksi, dan distribusinya hingga tersaji di meja makan, terutama karena kita menghadapi perubahan iklim, lahan pertanian yang semakin langka, sementara jumlah penduduk bertambah.