Pertemuan puncak G-20 berlangsung di tengah keprihatinan mendalam terhadap perang dagang yang menyebabkan pertumbuhan global terhambat.
Selesai pada akhir pekan lalu di Jepang, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 menegaskan kembali pentingnya salah satu nilai yang selama ini menghidupi dan menjadi dasar kerja sama antarnegara, yakni multilateralisme. Namun, seperti ironi, di satu sisi pemimpin mengulangi kembali komitmen terhadap nilai kerja sama multilateral itu, di sisi lain dunia sekarang menghadapi praktik unilateralisme yang menguat.
Tindakan unilateral Amerika Serikat (AS) yang menerapkan tarif atas produk China, yang diikuti aksi serupa oleh Beijing, membuat berbagai lembaga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Bank Dunia, misalnya, dalam prospek ekonomi global per Juni, mengoreksi pertumbuhan global tahun 2019 dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen.
Dunia cemas, sebab perang dagang membuat pertumbuhan ekonomi global mengalami hambatan. Perdagangan berjalan tidak lancar. Adu tarif di antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu berdampak sangat luas.
Saat Trump menerapkan tarif, berbagai kalangan melihat multilateralisme mengalami tekanan serius. Organisasi kerja sama multilateral yang mengurusi perdagangan, WTO, dinilai tidak dipandang oleh AS. Aksi unilateral, yang diikuti negosiasi bilateral antarnegara yang bersengketa dagang, membuat WTO seperti tak lagi mendapat tempat. Tampak kubu Trump memiliki pandangan, dengan memberlakukan tarif, diharapkan ada perbaikan terhadap angka defisit sangat besar yang dialami AS dalam hubungan dagang dengan China.
Prinsip perdagangan bebas yang selama ini diyakini menjadi fondasi mahapenting bagi kemakmuran dunia pun sangat terancam. Bisa dibayangkan, apa jadinya jika semakin banyak pihak yang berpandangan bahwa penerapan tarif bisa menjadi alat efektif untuk mencapai kemakmuran bangsa. Negara-negara berlomba-lomba menerapkan tarif.
Pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 memang menyepakati menunda rencana peningkatan tarif. Hal ini bersifat sementara. Tak tertutup kemungkinan tarif akan terus naik dan tekanan terhadap pertumbuhan dunia, yang berarti pula tekanan terhadap penyediaan lapangan kerja di banyak negara, kembali terjadi.
Dunia berkepentingan perdagangan bebas berlangsung baik. Pemimpin G-20, yang adalah kumpulan 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, menegaskan kembali pentingnya multilateralisme. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyampaikan pula, ekonomi yang bebas dan terbuka merupakan dasar bagi perdamaian serta kemakmuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar